Beritaterheboh.com - Untuk memahami siapa Jamran, penerima dana dari Gde Sardjana, kita menilik ke belakang sejenak menjelang detik-d...
Beritaterheboh.com - Untuk memahami siapa Jamran, penerima dana dari Gde Sardjana, kita menilik ke belakang sejenak menjelang detik-detik Demo 2 Desember 2016. Demo 212 itu sangat jelas telah menyita perhatian publik dan bahkan dunia. Begitu besar gaung Demo 212, membuat Presiden Jokowi yang didukung oleh TNI dan Polri all-out melakukan persiapan untuk meredamnya. Salah satu diantaranya adalah penangkapan secara mengejutkan 11 aktivis di berbagai tempat.
Pada dini hari Jum’at, 2 Desember 2016,
Polisi menangkap 11 orang. Saat itu publik terkejut. Saat memberi
keterangan, Presiden Jokowi mengatakan bahwa 11 orang itu tidak ada
kaitannya dengan Demo 212 namun terkait dengan upaya dugaan makar.
Publikpun mulai paham. Apalagi beberapa saat kemudian pernyataan
Presiden Jakowi itu dikuatkan oleh Kapolri Tito Karnavian.
Menurut Tito, dari 11 orang yang
ditangkap, ada 8 orang diantaranya yang ditetapkan sebagai tersangka
upaya makar. Mereka adalah Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet,
Rachmawati Soekarnoputri, Kivlan Zein, Adityawarman, Firza Husein, Eko
Suryo Santjiyo dan Alvin Indra. Menurut Tito, mereka ini akan mengajak
massa ke DPR untuk menggelar Sidang Istimewa dengan tujuan menurunkan
Jokowi dari jabatannya.
Sementara Ahmad Dhani yang ikut juga
ditangkap, ditetapkan sebagai tersangka terkait penghinaan terhadap
penguasa. Dua orang lagi, yakni Jamran dan Rizal Khobar (kakak beradik)
ditetapkan tersangka terkait hate speech (ujaran kebencian), menyebarluaskan info permusuhan individu, dan isu SARA.
Dari penjelasan Polri, kemudian
diketahui bahwa para tersangka itu sudah lama dicurigai merencanakan
upaya makar. Momen demo Aksi Bela Islam ke tiga, 212, akan mereka
manfaatkan untuk melakukan tindakan makar. Itulah sebabnya menjelang
Demo 212, polisi dengan tegas menangkap 11 orang itu.
Pertanyaan publik kemudian, mengapa 11 orang itu baru ditangkap menjelang demo 212? Ternyata pertanyaan ini dijawab lugas oleh polisi dengan 2a alasan.
Pertama, penangkapan itu untuk menjaga kemurnian niat ibadah jutaan umat Islam yang berkumpul di Monas dan mencegah adanya indikasi pemanfaatan aksi damai 2 Desember itu untuk hal negatif oleh ke 11 orang yang telah ditangkap tersebut. Ke dua, penangkapan harus dilakukan menjelang Demo 212. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari anggapan publik bahwa Polri telah menggembosi Aksi Damai 212, jika dilakukan 2-3 hari sebelumnya.
Sejak penangkapan itu, Polri terus merengsek mengumpulkan bukti-bukti dengan melakukan penggeledahan di rumah Rachmawati dan Sri Bintang Pamungkas. Tidak hanya itu, Polri terus mencari bukti terkait pendanaan upaya makar. Upaya Polri menemukan aliran dana sangat penting karena lewat penemuan aliaran dana, Polisi bisa sampai pada penemuan siapa otak di balik upaya makar itu.
Lewat Jamran, dalang di balik upaya
makar itu mulai terbongkar. Lalu, siapa itu Jamran? Jamran adalah
seorang aktivis yang menjadi Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam
(KAHMI). Ia juga merupakan Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta Utara yang
menentang reklamasi. Jamran adalah salah seorang aktivis yang menentang
keras Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Ia pula yang
menuntut agar KPK menangkap Ahok dalam kasus dugaan korupsi RS Sumber
Waras.
Jamran ditangkap oleh polisi di Hotel
Bintang Baru, kamar 128 Jakarta Pusat dini hari menjelang Demo 212.
Sementara saudaranya Rizal Khobar adalah pemimpin Ormas Komando Barisan
Rakyat atau Khobar, juga ditangkap di tempat berbeda, yakni di samping
Sevel Stasiun Gambir Jakarta Pusat pada hari yang sama.
Menurut Polisi, selama hampir sebulan,
yakni sejak 4 November 2016, kedua kakak beradik ini aktif mengunggah
informasi ujaran kebencian, menyebarluaskan informasi permusuhan
terhadap individu dan menghasut berbagai isu SARA lewat media. Kedua
orang ini berusaha memicu kemarahan massa terhadap Pemerintah RI. Jadi,
targetnya adalah membuat massa marah, lalu bersedia ikut demo. Jika
massa sudah marah kepada pemerintah, maka massa yang sedang demo, akan
gampang diajak ke gedung DPR/ MPR untuk menuntut sidang istimewa.
Begitulah skenarionya.
Dalam melakukan aksinya sejak 4 November
sampai 2 Desember, Jamran membutuhkan dana. Sepeti diketahui pada dini
hari menjelang demo, Jamran ditangkap di hotel. Berarti ia memiliki dana
untuk membiayai kegiatannya. Nah, pertanyaannya ialah darimana Jamran
dan Rizal memperoleh dana untuk melakukan aksi hate speech mereka?
Polisi pun menyelidiki rekening aliran dana dari rekening Jamran dan
menemukan adanya aliran dana yang diperoleh dari Gde Sardjana, suami
Sylviana Murni.
Mulanya Gde Sardjana membantah bahwa
uang yang dia transfer kepada Jamran sama sekali tidak terkait dengan
makar. Uang itu adalah uang kesetiakawanan kepada Jamran yang isterinya
sakit. Namun setelah diperiksa, Polda Metro Jaya menemukan bahwa Jamran
beberapa kali menerima uang dari Suami Sylviana Murni atau Gde Sardjana.
Nah, pertanyaan selanjutnya, apakah
Jamran adalah tim sukses Agus-Sylvie? Nachrowi Ramli (Nara), Ketua Tim
Sukses Agus-Sylvi, tidak membantah bahwa Jamran tidak terkait dengan tim
pemenangan pasangan Agus-Sylvi. Nara hanya menegaskan bahwa Jamran
bukanlah anggota tim kampanye Agus Sylvie yang terdaftar di KPU,
melainkan hanya sebagai anggota relawan.
Nah, jika demikian, Jamran terbukti
terkait dengan Paslon Nomor 1. Logikanya, baik anggota tim sukses,
anggota tim kampanye, anggota relawan, semuanya menjadi tim pemenangan
Agus-Sylvi. Dari sini sudah bisa kita ambil kesimpulan bahwa Jamran ada
hubungannya dengan tim pemenangan Agus-Sylvi. Artinya, transfer uang
dari Gde Sardjana terkait dengan tim sukses pasangan nomor satu
Agus-Silvi.
Pertanyaan selanjutnya, apakah merupakan
fitnah jika dikatakan bahwa Kubu Cikeas terlibat upaya makar
penggulingan pemerintah? Tentu saja bukti-bukti valid akan dibeberkan
polisi. Namun, untuk sementara dengan penyelidikan yang berawal dari
Jamran, kita bisa mengatakan bahwa bahwa ada indikasi Kubu Cikeas
terlibat upaya makar. Jamran mendapat uang dari Gde Sardjana. Gde
Sardjana adalah suami Sylviana. Sylviana adalah calon wakil gubernur
dari Agus. Agus adalah putera SBY yang berdiam di Cikeas.
Lawan berat Agus di Pigub DKI adalah
Basuki Thahaja Purnama alias Ahok. Ahok adalah petahana yang berkinerja
hebat. Program Ahok plus Djarot membangun DKI tak bisa disaingi oleh
Agus-Sylvi. Tim sukses Agus bahkan membuat lelucon dengan mengatakan
tidak penting programnya, yang penting orangnya baik. Agus juga terbukti
gelagapan saat diwawancarai oleh Najwa Shihab di Metro TV dan tak mampu
membeberkan programnya dengan gamblang. Akibatnya, Agus tidak mau lagi
menghadiri acara debat sebanyak 2 kali yang diprakarsai oleh televisi
swasta.
Soal program, banyak pihak meragukan
kemampuan Agus. Soal penggusuran misalnya, Agus mengatakan dia sedapat
mungkin akan menghindari penggusuran. Ia mempunyai salah satu ide yang
sensasional yakni rumah apung. Ide soal rumah atau kota apung ini,
membuat geger publik karena dianggap lucu, konyol dan tak masuk akal.
Apalagi dalam videonya, Agus membeberkan
penyebab banjir di Jakarta karena tidak sebanding antara naiknya
permukaan air dan turunnya permukaan tanah. Penjelasan perbandingan itu
terlihat jauh panggang dari api. Kalau barang naik, maka gaji naik.
Kalau permukaan air naik, permukaan tanah juga naik. Tetapi perbandingan
yang dikemukakan oleh Agus adalah kalau air laut naik, permukaan tanah
turun. Lalu dimana perbandingannya? Penjelasan Agus itu hanyalah salah
satu contoh bahwa Agus tidak menguasai persoalan dan tidak mempunyai
program jelas dalam mengatasi rumah kumuh, banjir dan kemacetan di
Jakarta.
Jika program yang diadu, maka jelas
pasangan Agus-Sylivi kalah telak. Semua program unggulan dan hebat sudah
dan sedang dikerjakan secara nyata oleh Ahok-Djarot. Nyaris tidak ada
lagi program hebat yang tersisa bagi Agus-Sylvie. Inilah yang membuat
Kubu Cikeas memutar otak mencari program hebat lain. Nah, tanpa
disangka-sangka, Ahok menyerempet Surat Al-Maidah ayat 51. Blunder Ahok
ini dimanfaatkan betul oleh Kubu Cikeas untuk kemdian dijadikan senjata
menyingkirkan Ahok dari pertarungan Pilgub.
Demo pertama tidak mempan menyingkirkan
Ahok. Demo ke dua dibuat lebih besar dan dibumbui oleh SBY dengan
lontaran demo sampai Lebaran Kuda. Tuntutan demo ke dua ini adalah agar
Ahok ditangkap, ditahan dipenjara, menjani proses hukum dan akhirnya
menjadi terpidana. Dengan demikian tanpa susah payah, Ahok tersingkir
dari persaingan. Akan tetapi nyatanya setelah demo, Ahok hanya
ditetapkan sebagai tersangka dan tidak ditahan. Mengapa Ahok tidak
ditahan? Menurut penyidik polisi, Ahok tidak perlu ditahan karena ia
kooperatif, tidak mungkin lari atau menghilangkan barang bukti.
Tentu saja Kubu Cikeas marah besar
karena Ahok tidak ditahan. Itu berarti Ahok masih bisa berkampanye dan
masih bisa menebarkan ancaman bagi para pesaingnya. Siapa atasan
penyidik polisi? Tito Karnavian. Siapa atasan Tito? Presiden Jokowi yang
sebelumnya akrab dengan Ahok. Maka langkah selanjutnya adalah menyusun
program makar untuk menyingkirkan Jokowi sebagai pemerintah sah. Demo
212 akan ditunggangi dan dimanfaatkan untuk menduduki gedung DPR dan
MPR. Dengan tekanan massa yang jumlahnya jutaan, maka tuntutan Sidang
Istimewa MPR akan sendirinya bisa terlaksana.
Nah, agar massa bisa dicuci otaknya,
maka perlu hasutan, perlu isu SARA, perlu ujaran kebencian dilakukan
secara besar-besaran di media sosial kepada pemerintah. Siapa yang bisa
melakukan hasutan itu? Para aktivis yang sangat membenci Ahok. Dan salah
satu di antaranya adalah Jamran.
Jadi, untuk bisa melakukan aksinya
dengan lancar, terstruktur, masif dan sistematis, maka Jamran
membutuhkan dana. Gde Sardjana, suami Syilviana, calon wakil gubernur
dari Kubu Cikeas pun menyanggupi dana yang dibutuhkan. Gde terbukti
mentransfer sejumlah dana kepada Jamran untuk membiayai upaya makar
dengan melakukan penghasutan menjelang Aksi Demo 212 itu.
Nah, berawal dari tersangkanya Jamran,
program makar yang digagas oleh Sri Bintang Pamungkas dan
kawan-kawannya dengan dukungan dana dari Kubu Cikeas, yakni Gde
Sardjana, Suami Silviana, mulai terbongkar. Apakah ke depan polisi
benar-benar mampu membuktikan dengan valid keterlibatan Kubu Cikeas
terkait makar secara sah dan meyakinkan? Mari kita tunggu hasil
penyelidikan polisi selanjutnya.(asaaro lahagu, sorasirulo.com)