...
Beritaterheboh.com – Walau Pilkada DKI Jakarta baru akan diselenggarakan tahun depan,
2017, namun gemanya sudah ke mana-mana, dan melalui jaringan internet,
gema tersebut mendunia, termasuk ke Rusia.
Itulah kondisi dunia saat
ini, dunia seakan sudah dilipat sedemikian rupa, sehingga hanya dalam
hitungan menit, sebuah berita atau kejadian menyebar ke seantero dunia,
luar biasa. Dan salah satunya yang sedang ramai di Indonesia, ya pilkada
ini, kebetulan yang menjadi focus sentral adalah Ahok orang nomor satu
di DKI Jakarta, yang sepak terjangnya menimbulkan pro dan kontra.
Terlepas dari semua itu, ada hal yang
menarik yang menjadi perhatian kita bersama, terlepas dari pro dan
kontra, adalah sang tokoh pertama di DKI Jakarta, Ahok, yang gelagatnya
akan mencalonkan dirinya kembali ke kancah perang tanding di Pilkada
2017 mendatang. Maka dunia dalam beritapun menjadi ramai, terjadi dua
kubu yang saling berhadapan, yang pro pada Ahok membentuk temannya Ahok,
entah ikhlas atau tidak saya tak tahu, jangan-jangan seperti yang
terjadi pada Pilpres 2014 lalu, banyak yang menyatakan sukarelawannya
Jokowi, namun saat Jokowi menang, sang sukarelawan ternyata banyak yang
menagih pada Jokowi, entah itu jabatan menteri atau jabatan lainnya, akh
rupanya mereka bergerak menjadi sukarelawan Jokowi seperti kata
pepatah” ada udang di balik batu” atau seperti pepatah dari Barat sana”
tak ada makan siang gratis”.
Kekhawatiran ini perlu menjadi perhatian
Ahok juga, jangan-jangan temannya Ahok yang mulai bergerak mengumpulkan
tanda tangan/KTP agar mendukung Ahok, ada maunya, tentu saja jabatan
atau proyek apa gitu, ini hanya kwatir saja, sukur-sukur sih mereka
memang ikhlas menjadi teman Ahok, benar atau tidaknya saya tak tahu.
Lalu bagaimana peluang Ahok untuk mencapai kemenangan pada Pilkada
tersebut, ternyata inipun banyak yang beda pendapat juga, ada yang
bilang Ahok akan menang telak, ada juga yang bilang Ahok kalah, tapi
tidak telak.
Ya wajar saja, namanya juga perkiraan,
bisa benar, bisa juga salah, loh yang pakai survey saja dengan data-data
yang katanya ilmiah, dan margin errornya hanya sekitar 1-2 persen saja,
namun ketika perhitungan pada Pilpres 2014 lalu, hasil lembaga-lembaga
survey ternyata “nol besar”, buktinya PKS atau partai Islam lainnya,
yang katanya akan hancur lebur alias tak ada yang milih pada Pilpres dan
Pileg 2014, karena tokohnya ada yang korupsi, terbantahkan. PKS tetap
masuk ke partai besar, walau tak sampai 3 besar. Nah kalau hasil survey
saja, bisa berbalik 180 derajat, apa lagi kalau hanya dalam bentuk
perkiraan dan analisa dari “ gunung”, ya maklum saja.
Kembali ke Ahok, rupanya Ahok punya
target lain sesudah menjadi Gubernur DKI, yaitu Presiden RI, entah
menjadi Presiden yang ke 8, 9 atau ke 10 itu tak penting, yang penting
target Ahok tercapai dan itu tak dikatakan dengan sembunyi, Ahok yang
memang berjiwa terbuka, apa saja langsung di keluarkan, gayanya yang
ceplas ceplos, tak mengurangi kenirjanya yang bagus, berani, tegas, dan
tak kenal kompromi, untuk hal-hal yang memang menjadi perhatianya dalam
membangun DKI Jakarta yang lebi baik. Namun rupanya banyak juga yang
“kebakaran jenggot” atau terusik dengan gaya Ahok dalam memimpin
Jakarta, dan saat Ahok akan ikut Pilkada lagi, banyak pula yang “gerah”,
siapa mereka? Mari kita lihat sepintas lalu saja, dan tak perlu sampai
mengernyitkan dahi, hingga berkerut.
Pertama, tentu para
pejabat di DKI Jakarta yang buruk kinerjanya, tentu saja bukan pejabat
yang bersih, yang bekerja memang sudah sesuai aturan dan tidak korup.
Bagi pejabat yang bersih, tak akan pernah takut pada Ahok. Namun bagi
pejabat yang sudah biasa korup dan suka memanipulasi anggaran, akan
ketar ketir lagi jika Ahok menjadi Gubernur lagi alias menang pada
Pilkada 2017. Mengapa pejabat buruk di DKI Jakarta ketakutan kalau Ahok
menang lagi? Alasannya singkat, mereka takut dipecat! Kalau sekarang
belum dipecat, karena bisa saja belum ketahuan Ahok, tapi bila ketahuan,
Ahok tanpa ba, bi, bu , akan “disikat” langsung pejabat yang korup
tersebut, kerenkan.
Kedua, mereka yang
terbiasa suka kongkolingkong dengan pejabat DKI Jakarta untuk
mendapatkan proyek, tentu saja untuk mendapatkan proyek tersebut tak
gratis, ada “amplop” yang perlu diberikan. Kalau hanya amplopnya saja
sih tak masalah, tapi ini isinya bung, ya isinya pun tak muat kalau
dimasukan dalam amplop, karena begitu banyaknya. Makanya istilah
mendapat amplop, bukan arti harpiah, sebesar amplop, kalau sebesar
amplop surat, ya itu sih kecil! Tapi ini bisa berkardus-kardus atau
berkoper-koper, mengapa uang tunai? Karean akalu pakai Bank, ada buti
tranferan, wah ini akan mudah terlacak oleh KPK.
Nah pejabat di DKI yang suka
kongkolingkong ini akan bertambah gemetaran, jika Ahok terpilih lagi
menjadi Gubernur DKI Jakarta, karena hal tersebut akan membuat Ahok
lebih keras lagi, selain memang untuk menuju Jakarta yang baru, yang
lebih baik lagi, ada target lain, yaitu jenjang yang lebih tinggi lagi,
Presiden, paling tidak menjadi Capres dulu. Kapan itu, tentu tak
jauh-jauh dari Pilkada 2017, yaitu Pilpres 2019, jikapun belum gool di
tahun 2019, masih ada waktu bagi Ahok di tahun 2024, karena dalam Usia
Ahok masih jauh dari 70 tahunan. Loh yang tua-tua saja masih pada mau
maju di pilpres 2019, apa lagi bagi yang “muda-muda” atau lebih muda,
tentu lebih wajar lagi. Maka jika Ahok punya target di Pilpres 2019 atau
2024 ya normal saja.
Ketiga, tempat-tempat
hiburan ataupun tempat yang illegal lainnya, baik itu yang sudah
permanent atau yang masih setengah permanen, apa lagi yang menempati
tanah-tanah milik Negara di bantaran sungai atau rel kereta api, atau di
manapun adanya, dan itu illegal di DKI Jakarta, maka siap-siap akan
digusur oleh Ahok, dan dalam hal yang satu ini, Ahok benar-benar tak
bisa diajak kompromi, walaupun hal tersebut rakyat miskin, bagi Ahok
yang menempati tanah Negara yang illegal akan “disikat” habis. Hebatanya
Ahok sudah mempersiapkan rumah susunnya, sebagai pengganti yang
digusur, dan itu gratis. Luar biasa, jadi Ahok bukan hanya main gusur,
tapi sudah memberikan solusinya.
Namun hal ini, tak mengurangi kebencian
pada Ahok, mengapa? Karena kalau bukan Ahok yang menjadi Gubernur, belum
tentu mereka digusur dan dipindahkan. Bagi mereka yang sudah biasa
menempati ruang illegal dan sudah bertahun-tahun, kebanyakan mereka tak
suka pada Ahok, makanya kalau Ahok menang lagi merekapun ketakutan,
takut digusur Ahok.
Keempat, lawan
politiknya atau bekas teman politiknya, yang merasa “dikhianati” oleh
Ahok di partai Gerindra. Nah pihak yang satu inipun berusaha “menjegal”
Ahok dengan memunculkan lawan yang sebanding dengan Ahok, dan lupa,
kalau Ahok dikeroyok, Ahok akan menang telak, kecuali kalau lawan
politik Ahok bersatu padu dan bergabung mencalonkan satu orang kandidat
melawan Ahok, yang kekuatan elektabilits dan kepopulerannya tak jauh
beda dengan Ahok, nah kemungkinan menang antara Ahok dengan lawannya
akan fifty-fifty.
Bagi lawan politik Ahok, jelas Ahok
adalah tantangan yang berat, hal ini tentu membuat lawan Ahok “putar
otak” agar bisa mengalahkan Ahok. Jadi lawan politik Ahok, yang bisa
jadi awalnya adalah teman Ahok juga, akan berusaha “mati-matian” untuk
mengalahkan Ahok. Apa lagi Ahok adalam pilkada 2017 mendatang dari jalur
independent. Klop sudah pertarungan berat ini.
Kelima, orang-orang
atau lembaga yang besebrangan dengan Ahok, Ahok mau bagus atau tidak
kinerjanya itu tak penting, yang penting tahun 2017 mendatang, Ahok
harus “dilumpuhkan”, Ahok harus dikalahkan, karena kalau Ahok menang
lagi, Ahok akan semakin kuat kedudukannya, dan tentu saja keberanianpun
akan bertambah, karena didukung rakyat Jakarta, maka orang atau lembaga
yang bersebrangan dengan Ahok mau tak mau, harus berjuang keras
mengalahkan Ahok.
Itulah 5 kelompok yang lagi
uring-uringan jika Ahok menang lagi dalam Pilkada 2017 mendatang.
Silahkan anda menambah sendiri, kelompok atau orang yang akan “panas
dingin atau meriang” kalau Ahok menang lagi. Bagi saya, Ahok menang atau
kalah, ya biasa saja, tak berpengaruh apa-apa. Sikap netral ini harus
dimunculkan, agar tak salah penafsiran.