Beritaterheboh.com - Rasulullah Saw bersabda :“Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tapi berla...
Beritaterheboh.com - Rasulullah Saw bersabda :“Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas tinggi tapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengizinkan dan aku pun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sesungguhnya, jika Fatimah, anakku sendiri, melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman yang adil” (Bukhari, kitab al-Hudud).
“Kalian berlaku adillah dalam memutuskan sebuah perkara.
Perlakukan setiap orang sama di hadapan hukum, sehingga orang-orang terdekatmu
tidak rakus dan musuh kalian tidak putus asa terhadap keadilanmu.”
-Imam Ali r.a.-
Tulisan ini diawali sikap berbaik sangka. Semoga saja cerita
itu hanya hoax semata. Mudah-mudahan tidak ada alat bukti yang bisa membuktikan
tuduhan perselingkuhan Sang Habib dengan Firza. Sebab dalam persangkaanku,
Habib Rizieq telah selesai dengan hal-hal duniawi seperti masalah uang dan
harta, termasuk pula urusan perempuan. Bukankah Ia seorang ulama, bahkan
beberapa kalangan menginginkannya naik panggung sebagai Imam Besar Umat Islam ?
Jika ada yang harus dipolemikan, maka perdebatkanlah
persoalan negeri ini. Persoalkanlah masalah ideologi, masalah Pancasila,
masalah Al-Maidah ayat 51, atau masalah komunisme. Bukankah masalah-masalah ini
yang sering digembar-gemborkan Sang Habib ? Lalu, kalau dalam kenyataannya Sang
Habib tersangkut kasus perselingkuhan, atau urusan perempuan, bagaimana posisi
Habib di tengah-tengah Umat ? Bagaimana menutupi wajah Sang Habib ?
Dan kalian, wahai Jama’ah FPI, bagaimana seandainya (aku
bilang seandainya) jika tuduhan tersebut benar adanya ? Aku ingat beberapa
tahun ke belakang ketika kasus Ariel Peterpan mengemuka. Kalian adalah kelompok yang paling depan ingin
menyeret Ariel ke ranah hukum. Engkau berdemo di mana-mana, “Akankah Indonesia
menjadi negara terporno sedunia ?” Kubaca dalam sebuah spandukmu.
Nah, pertanyaanku sesederhana itu. Akahkah kau lakukan hal
yang sama jika ternyata pemimpinmu itu melakukan perbuatan yang dikutuknya
beberapa tahun lalu ? Akankau kau turun ke jalan menuntut agar pemimpinmu
segera di seret ke muka hakim dan mendorong hakim memvonis seberat-beratnya ?
Akankah kau berdemonstrasi, membawa spanduk yang berbunyi, “Penjarakan dia !”
Ini masih menjadi tanda tanya bagiku. Sebab engkau
seringkali terlalu mengkultuskan pemimpinmu. Apa yang Sang Habib katakan
seakan-akan tidak pernah salah. Apa yang Habib lakukan, seakan tidak pernah
keliru. Padahal, Habib juga manusia biasa. Mungkin iya, Habib-mu itu keturunan
atau dzuriyat Rasulullah Saw, junjungan kita, tapi apakah lantas kesalahan atau
kekeliruan tidak pernah menghinggapi dirinya ?
Berbuatlah adil, meski terkadang adil itu pahit. Contohlah
Rasul. Rasulullah Saw tidak pilih kasih dalam menerapkan keadilan dan perlakuan
adil. Sekali peristiwa, suatu perkara dihadapkan kepada beliau tatkala seorang
bangsawati terbukti telah melakukan pencurian. Hal itu menggemparkan, karena
jika hukuman yang berlaku dikenakan terhadap wanita muda usia itu, martabat
suatu keluarga yang sangat terhormat akan jatuh dan terhina.
Banyak yang ingin mendesak Rasulullah Saw demi kepentingan
orang yang berdosa itu, tetapi tidak mempunyai keberanian. Maka Usama diserahi
tugas melaksanakan itu. Usama menghadap Rasulullah Saw tetapi seketika beliau
mengerti maksud tugasnya itu, beliau sangat marah dan bersabda, “Kamu sebaiknya
menolak. Bangsa-bangsa telah celaka karena mengistimewakan orang-orang kelas
tinggi tapi berlaku kejam terhadap rakyat jelata. Islam tidak mengizinkan dan
aku pun sekali-kali tidak akan mengizinkan. Sesungguhnya, jika Fatimah, anakku
sendiri, melakukan kejahatan, aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman
yang adil” (Bukhari, kitab al-Hudud).
Atau cerita Imam Ali tentang keadilan. Pada Suatu kali Imam
Ali bin Abi Thalib r.a. kehilangan baju perangnya. Rupanya yang jadi tertuduh
adalah seorang Yahudi. Singkat cerita, perkara tersebut sampailah ke
pengadilan. Sang Yahudi tersentak, ternyata yang menjadi Hakim adalah Qadhi
Syuraih, salah seorang murid Sayyidina Ali. Si Yahudi tersebut bimbang dan
ragu, pasti hakim tersebut memihak kepada Amirul Mukminin dan akan menghukumnya
dengan hukuman seberat-beratnya.
Sang Hakim bertanya, “Wahai Amirul Mukminin
(Imam Ali) apakah ada bukti yang menyatakan bahwa baju perang ini memang
benar-benar milikmu dan si Yahudi ini adalah pencurinya ?” Sayyidina Ali
menjawab : “Wahai Qadhi, baju perang itu benar-benar milikku, itu merupakan
pemberian Rasulullah Saw.” Qadhi Syuraih kemudian bertanya kembali : “Apakah
dirimu memiliki saksi yang menyatakan bahwa baju perang ini benar-benar milikmu
wahai Amirul Mukminin ? “ “Ya, aku mempunyai dua saksi. Saksi pertama adalah
pekerjaku, dan saksi kedua adalah anakku, Hasan.” Jawab Sayyidina Ali dengan
mantap. Lalu Sang Hakim menjawabnya : Kesaksian mereka berdua tidak diterima !”
“Subhanallah…adakah cucu Rasulullah Saw seorang penipu dan
tidak dapat dipercaya ?” Jawab Sayyidina Ali. “Sama sekali tidak wahai Amirul
Mukminin. Namun, Hasan adalah anakmu dan seorang anak tidak boleh menjadi saksi
bagi ayahnya dalam situasi seperti ini. Juga pekerjamu itu tidak sah
kesaksiannya, karena ia bekerja denganmu dan sudah termasuk dari bagianmu.”
Kata Qadhi. Kemudian Qadhi Syuraih mengatakan di hadapan keduanya : “Demi
menjunjung keadilan, jadi keputusannya, baju perang itu adalah milik si Yahudi
ini !” Imam Ali meski sebagai Khalifah
menaati keputusan hakim dan tidak melakukan intervensi hukum guna menyalahkan
si Yahudi tersebut. Sebaliknya, si Yahudi itu sangat terkesan dengan keadilan
yang ditunjukkan sang hakim dan Khalifah Ali. Dia mengakui bahwa sesungguhnya
baju perang tersebut memang milik Khalifah, dan ia meminta maaf karena telah
mencurinya. Diriwayatkan, ia bersyahadat
setelah peristiwa itu.
Nah, bagaimana dengan kalian wahai Jamaah FPI ? Akankah kalian
bisa “mempraktekkan keadilan” jika dalam tahap penyelidikan kepolisian ternyata
Pemimpinmu terlibat dalam tuduhan-tuduhan tersebut? Akankah Kau rela dan ridho menyeretnya ke
ranah hukum ? Namun, seperti yang aku katakan di awal tulisan. Semoga tuduhan-tuduhan
itu tidak benar. (seword)