Beritaterheboh.com - Ditengah hingar bingar pertempuran perebutan posisi Gubernur DKI yang bagai Star Wars ini. Diantara ramainya s...
Beritaterheboh.com - Ditengah hingar bingar pertempuran
perebutan posisi Gubernur DKI yang bagai Star Wars ini. Diantara
ramainya status Facebook yang saling maki mendukung jagoannya. Tiba-tiba
sebuah foto muncul, foto seorang yang sudah tua mengayuh sepedanya
dipinggir jalan ramai. Awalnya saya bingung, foto siapa ini? Diantara
berbagai foto situasi Pilkada hingga Firza, kok tiba-tiba muncul foto
seperti ini? Sangat kontras sekali.
Ini Buya Syafi’i? Tanya saya dalam hati.
Iya benar ini mirip Buya Syafi’i! Dan semakin yakin ketika membaca
tulisan dibawah foto tersebut. Buya Syafi’i sedang bersepeda sambil
membawa kantong plastik putih. Tiba-tiba mata ini langsung basah, berair
dan air mata menetes pada kedipan mata berikutnya. Sosoknya
mengingatkan juga kepada kakek saya yang telah tiada. Seketika saya
teringat tulisan-tulisan penghinaan dan hujatan kepada beliau.
Saya
hanya bisa menangis mengingatnya….Sebegitu kejamnya kah mereka? Tega
menghina orang tua sederhana ini? Hanya karena dia menyuarakan pendapat
yang dia anggap benar? Dan tidak ada aksi bela ulama setelah itu, tidak
ada aksi bela Buya yang telah dihina demikian sadisnya diruang publik.
Saat ini memang sulit mencari tokoh agama
seperti beliau.Umurnya 81 tahun, dia adalah seorang ulama, ilmuwan dan
pendidik Indonesia. Ia pernah menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat
Muhammadiyah, Presiden World Conference on Religion for Peace (WCRP) dan
pendiri Maarif Institute, dan juga dikenal sebagai seorang tokoh yang
mempunyai komitmen kebangsaan yang tinggi. Pernah ditawari sebagai
Komisaris sebuah BUMN, juga pernah ditawari sebagai Watimpres, dan semua
ditolak dengan halus.
Rumahnya sangat sederhana, mobilnya cukup Xenia saja bukan Pajero Sport, dan menurut kabar beliau lebih suka mengendarai sepeda.
Apa yang saya rasakan ketika melihat
kesederhanaan beliau? Bagi saya ini dekat sekali dengan kesederhanaan
Rasulullah. Orang yang spiritual sudah tinggi, fokus dia hanya kepada
akhirat dan melupakan dunia. Beliau tidak lagi tertarik dengan dunia,
Pajero Sport, Rubicon, dan barang mewah lainnya tidak membuat dia silau.
Saat dihina, dikatakan liberal, beliau menghadapinya dengan sabar.
Tidak balik menuntut, tidak marah apalagi curhat di twitter.
Melihat ini kita sedih, masyarakat kita
lebih mau mendengar para ulama yang suka berjualan agama. Mereka yang
hidup bergelimpangan harta karena berjualan agama. Padahal Rasulullah
kehidupannya sangat sederhana. Sedih rasanya melihat masyarakat kita
lebih suka mengikuti ulama dengan mulut jamban yang teriak-teriak bunuh
kafir. Sedih hati ini melihat masyarakat kita meniru panutan yang salah,
guru yang salah.
Bayangkan jika lebih banyak lagi
masyarakat yang mengikuti Buya Syafi’i, atau Gus Mus, atau ulama sejati
lainnya. Kegaduhan pilpres tidak akan seperti ini karena semua saling
memaafkan. Masyarakat akan hidup tenang karena tidak lagi mengejar dunia
hingga berlebihan.Indonesia akan maju karena energi penduduknya tidak
dihabiskan untuk saling bertengkar.
Sungguh saya kagum, ditengah-tengah hiruk
pikuk kehidupan modern ini, dimana orang-orangnya saling berlomba,
saling sikut hingga saling bunuh demi dunia. Ada sosok yang kehidupannya
begitu sederhana, bukan karena dia tidak mampu kaya tapi dia tolak
kekayaan dunia itu karena dia sudah lama selesai dengan dunia.
Saya membayangkan kehidupan beliau, pasti
penuh ketenangan, pasti penuh kedamaian. Tidak pusing dengan cicilan,
bayaran ini itu, kerjaan, bisnis, ingin ini, ingin itu. Jika kita ingin
belajar tentang kehidupan maka orang seperti Buya Syafi’i adalah
guru yang sangat tepat.
Terimakasih Buya Syafi’i, engkau membuka
mata saya dan teman-teman semua disini. Bahwa masih ada tokoh panutan
yang bisa kita ikuti ditengah-tengah hiruk pikuk para penjual agama yang
ingin menjadi selebritis.
Sehat selalu Buya…..
Gusti Yusuf.
sumber foto dari: https://ratsani.wordpress.com/2012/08/09/buya-syafii/
*Ada yang bertanya, buku apa yang dia
beli? Setelah saya coba telusuri ternyata beliau membeli buku “Matahari
Pembaharuan: Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan” karya Nasruddin
Anshoriy. Ahmad Dahlan merupakan pendiri Muhamadiyah. Lahir di Kauman
pada 23 Februari 1868. (seword.com)
Baca juga: - Surat Buat Pak Ahok dari Seorang Anak Kelas VI SD di Batam
- Buya Syafii Maarif Mengayuh Sepeda, Hidupnya Bersahaja dan Sederhana. Sehat Terus ya Buya...
- Kocak...! Status Medsos Putra Jokowi Mirip Cuitan SBY
- Miris..! Marissa Mantan Artis yang Punya Banyak Gelar Pendidikan, Doakan Ahok Dilaknat Allah
- Pelapor Ahok yang Atasnamakan Muslim Sedunia yang Tak Bisa Buktikan Ucapannya, Akhirnya Dipolisikan
- Tegas! Ahok: Hancurin, Kalau Gak Kami yang Segel
Baca juga: - Surat Buat Pak Ahok dari Seorang Anak Kelas VI SD di Batam
- Buya Syafii Maarif Mengayuh Sepeda, Hidupnya Bersahaja dan Sederhana. Sehat Terus ya Buya...
- Kocak...! Status Medsos Putra Jokowi Mirip Cuitan SBY
- Miris..! Marissa Mantan Artis yang Punya Banyak Gelar Pendidikan, Doakan Ahok Dilaknat Allah
- Pelapor Ahok yang Atasnamakan Muslim Sedunia yang Tak Bisa Buktikan Ucapannya, Akhirnya Dipolisikan
- Tegas! Ahok: Hancurin, Kalau Gak Kami yang Segel