Beritaterheboh.com - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mengeluarkan seruan jelang pelaksanaan pilkada DKI Jakarta putaran ...
Beritaterheboh.com - Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mengeluarkan seruan jelang pelaksanaan pilkada DKI Jakarta putaran kedua. Organisasi kemahasiswaan yang telah berkiprah selama 63 tahun itu mengharapkan persoalan bernuansa suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) di DKI Jakarta tak menyebar ke daerah lain.
Menurut Ketua Presidium GMNI
Chrisman Damanik, kegaduhan politik pada pilkada DKI memang akan terus
berlanjut dan ada kemungkinan menyebar ke daerah lain jika para elite
dan masyarakat tidak committed lagi pada Pancasila, UUD 1945, Bhinneka
Tunggal Ika dan NKRI. Karenanya, GMNI
menyerukan agar seluruh komponen bangsa bersatu padu dalam untuk
mempertahankan dan mengawal cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
Menurut
Damanik, upaya itu bisa dimulai dengan menciptakan suasana kondusif
bagi pilkada DKI. “Mari kita dukung terselenggaranya pilkada DKI yang
aman dan damai,” ujarnya di Jakarta, Senin (17/4).
Menurutnya,
Pilkada Serentak 2017 yang digelar di 101 daerah berjalan baik.
Chrisman pun merasa senang karena Pilkada Serentak 2017 tidak diwarnai
gangguan keamanan yang berarti, apalagi yang menonjolkan SARA.
Sayangnya,
katanya, justru isu SARA sangat kental dalam pilkada DKI. Padahal, DKI
merupakan ibu kota RI yang menjadi barometer politik nasional.
Karenanya GMNI
menyayangkan sikap pimpinan-pimpinan parpol berplatform nasionalis dan
berasas Pancasila tetapi membiarkan praktik kampanye hitam yang
mengumbar isu SARA. Chrisman bahkan secara terbuka mengkritik Ketua Umum
Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Chrisman
mengatakan, Prabowo dalam pidato politiknya justru tak menyinggung
maraknya isu SARA di pilkada DKI. “Kami juga menyayangkan pidato Ketua
Umum Partai Gerindra Bapak Prabowo Subianto
yang pada masa hari tenang pilkada DKI saat ini ramai beredar di media
sosial yang tidak menyinggung sama sekali adanya kampanye hitam yang
mengeksploitasi SARA yang dilakukan oleh kelompok-kelompok radikal
tertentu,” ujarnya.
Padahal,
intimidasi dan nuansa SARA sangat menonjol akhir-akhir ini. Sebagai
contoh adalah intimiedasi berupa larangan bagi umat Islam menyalati
jenazah muslim pendukung salah satu calon gubernur DKI.
Chrisman menegaskan, Prabowo sebagai seorang yang mengaku nasionalis
mestinya berusaha mendinginkan suhu politik dan mencegah aksi
radikalisme terus berlanjut. “Sangat disayangkan tidak ada ucapan atau
tindakan beliau apalagi sikap penolakan terkait berbagai tindakan aksi
kekerasan yang mengeksploitasi isu SARA yang bertentangan dgn semangat
negara Pancasila,” pungkasnya.(jpnn)
baca juga: - Kapolri Perintahkan Seluruh Kapolda untuk Cegat Massa yang Akan ke Jakarta, Ancamannya pun tak Main-main
baca juga: - Kapolri Perintahkan Seluruh Kapolda untuk Cegat Massa yang Akan ke Jakarta, Ancamannya pun tak Main-main