Beritaterheboh.com - Alam demokrasi yang baik akan membuat masing-masing calon mengedepankan gagasan dan ide. Sebaliknya, alam dem...
Beritaterheboh.com - Alam demokrasi yang baik akan membuat
masing-masing calon mengedepankan gagasan dan ide. Sebaliknya, alam
demokrasi yang buruk akan mengedepankan kampanye hitam sampai fitnah.
Dan demokrasi yang tidak berkualitas, hanya akan melahirkan
pilihan-pilihan berdasarkan kesamaan suku, ras dan agama.
Hari Tanu merupakan pimpinan Partai
Perindo, etnis China dan non muslim, sama seperti Ahok. Bedanya, Ahok
sudah berhasil memberikan karya-karya nyata saat menjadi Gubernur
Jakarta. Sementara HT masih berupaya menjadi pemimpin, setelah
sebelumnya gagal permanen saat bergandeng dengan Wiranto sebagai bakal
Calon Presiden 2014.
Setelah pertemuan Anies Sandi dengan Hari
Tanu, seharusnya kita semua jadi sepakat bahwa dalam politik itu tidak
ada yang namanya sentimen agama. Dalam kontestasi, hanya ada menang dan
kalah.
Sudah cukup provokasi China dan kafirnya,
tak perlu dilanjutkan lagi. Toh Anies Sandi juga didukung oleh HT.
Adillah dalam berpikir, bahwa yang kafir dan nonmuslim di Indonesia
tidak hanya Ahok. Tak perlu lagi ada provokasi harus mendukung pemimpin
muslim, sebab itu tidak relevan dalam alam demokrasi di Indonesia yang
menjunjung tinggi UUD 45.
Coba pikir siapa yang halalkan segala cara demi kuasa?
Sejak awal majunya Anies lewat Gerindra
dan PKS sudah menunjukkan betapa politik itu jarang sekali menghasilkan
karakter, ideologi dan prinsip yang berkualitas. Bagaimana mungkin
seorang yang dulu begitu menjelek-jelekkan Prabowo, menyebut bermasalah
dan bahkan didukung mafia, hari ini Anies maju sebagai Cagub berkat
dukungan Prabowo. Jika konsisten, maka Anies mengakui dirinya saat ini
didukung mafia.
Tapi Anies adalah Anies, salah satu orang
Indonesia yang tidak konsisten. Ikut konvensi Demokrat, mendukung
Jokowi, sekarang didukung oleh Prabowo. Sepanjang sejarah politik tanah
air, sepertinya baru Anies yang pernah berada di tiga kubu berbeda,
namun tetap berhasil mencitrakan dirinya santun, baik dan seterusnya.
Kondisinya semakin rumit ketika FPI
menjadi bagian dari kelompok orang yang berupaya memenangkan Anies
Sandi. FPI menggunakan pendekatan-pendekatan agama dalam politik.
Buruknya, Anies malah memilih setuju dengan FPI bahwa pemimpin harus
muslim.
Hal ini disampaikan langsung dan terbuka
oleh Anies saat menghadapi Najwa Shihab. “Saya orang Muslim saya
mentaati Almaidah 51. Dan itu artinya saya tidak boleh memaksakan di
luar proses elektoral. Saya berpendapat itu, bukan artinya SARA.”
Sungguh tak ada yang menyangka, seorang
Anies yang mencitrakan dirinya sebagai tokoh nasional, mantan Menteri,
secara tidak langsung tidak sependapat dengan pilar-pilar kebangsaan
Indonesia.
Setelah pertemuan dengan Hari Tanu, Anies
harus menjilat ludahnya dua kali. Setelah sebelumnya menjilat ludah
bahwa Prabowo didukung mafia, sekarang menjilat ludahnya yang mengatakan
mentaati Almaidah 51. Bukankah dalam Almaidah 51 tafsiran awliya adalah
teman setia?
Kubu Anies semakin complicated karena kini
bukan hanya berubahnya haluan Anies yang pernah menjelek-jelekkan
Prabowo, tapi juga berarti bergabungnya HT dan FPI untuk satu pilihan
politik yang sama.
Saya jadi teringat dengan cemooh Rizieq
untuk HT “Hari Tanu adalah babi. Siap potong babi? Siap bakar babi? Siap
kemplang babi?” ujar Rizieq saat berdemo menolak Miss World RCTI,
September 2013 lalu.
Bagaimana bisa seorang yang dulu dicaci
babi, sekarang berada di gerbong yang sama? Bukankah ini tanda hilangnya
sebuah ideologi dan prinsip? Kalau sudah seperti ini, apa yang bisa
kita harapkan dari kelompok orang yang tidak konsisten? Saya pikir tidak
ada, kecuali melahirkan sebuah inkonsistensi lagi.
HT, Ahok dan FPI
Dulu HT pernah dicaci maki babi oleh FPI.
Sekarang Ahok juga mendapat julukan kutil babi oleh FPI. Hal ini menjadi
sangat menarik ketika FPI berupaya meyakinkan masyarakat untuk
mendukung Anies yang didukung HT. Lucu. Sama seperti kita yang
menjelekkan dan menghina mantan-mantan kita, tapi kemudian balikan
dengan salah satunya. Munafik kuadrat!
Ke depan, kita akan lihat apakah FPI akan
tetap mendukung Anies, ataukah memilih netral dan konsisten karena ada
HT di barisan Anies. Jika tetap mendukung Anies, patut dipertanyakan
mengapa? Toh HT dan Ahok sama-sama pernah dicaci maki babi oleh FPI,
kenapa sekarang malah berpihak dan berkelompok dengan salah satunya?
Begitulah kura-kura.
(seword/alifurrahman)