Beritaterheboh.com - Kemarin beredar berita bahwa Chairani Kalla, putri Wakil Presiden Jusuf Kalla, menandatangani surat kuasa kepa...
Beritaterheboh.com - Kemarin beredar berita bahwa Chairani
Kalla, putri Wakil Presiden Jusuf Kalla, menandatangani surat kuasa
kepada M. Ihsan dan rekan advokat lainnya untuk melaporkan Ketua Umum
Solidaritas Merah Putih (Solmet) Sylvester Matutina ke Bareskrim Mabes
Polri. Alasannya Sylvester dianggap mencemarkan nama baik Kalla dan
keluarga dalam orasinya.
“Dalam orasinya di depan Mabes Polri, mengatakan bahwa rakyat miskin karena korupsi keluarga JK. Ini kan sebuah pencemaran nama baik,”
Sumber : http://nasional.kompas.com/read/2017/05/29/13471841/mewakili.jusuf.kalla.pengacara.laporkan.relawan.ahok.ke.bareskrim
Dalam orasinya, Sylvester menyebut ambisi
politik Kalla sebagai akar permasalahan bangsa. Ia juga menuding Kalla
menggunakan isu SARA untuk memenangkan Anies Baswedan-Sandiaga Uno dalam
Pilkada DKI Jakarta. Sylvester juga mengatakan bahwa Kalla berkuasa
hanya demi kepentingan Pilpres 2019. Saat ditanya alasannya melontarkan
kalimat itu, Sylvester enggan membahasnya.
Entah kenapa saat membaca berita itu
pikiran saya kok malah tertuju ke anak-anak Presiden Joko Widodo yakni
Gibran Rakabuming, Kahyang Ayu, juga Kaesang Pangarep. Serta putra-putri
Basuki Tjahaja Purnama dan Veronica Tan yakni Nicholas Sean, Nathania,
dan Daud. Kok bisa?
Sejak karier politik Jokowi dan Ahok makin
bersinar dan banyak masyarakat yang mengakui kinerja mereka, semakin
banyak juga fitnah yang dialamatkan. Dan fitnah itu tak hanya menyentuh
sang Bapak.
Bahkan apa yang mereka lakukan seperti bisnis Gibran saja
diusik. Entah apa masyarakat kita yang biasa melihatnya anak pejabat
identik bekerja untuk proyek-proyek besar dengan nilai
Milyaran-Trilyunan kemudian ketika ada anak Presiden membuka outlet
jualan martabak dan ceker langsung dinyinyiri. Padahal apa salahnya?
Halal kok dan nggak korupsi juga. Atau ketika Kahyang tidak diterima tes
CPNS, itu pun dikomentari. Ini belum soal Jokowi dibilang anak PKI,
bukan Muslim, bukan anak kandung orangtuanya, dll.
Tapi apakah Gibran dan adik-adiknya marah?
Tidak. Mereka santai sekali dan bahkan Gibran serta Kaesang sering
sekali balik membuatnya menjadi bahan becandaan. Misalnya ketika kemarin
ada cyber army yang mau memojokkan Kaesang terkait video
#BapakMintaProyeknya, Gibran memilih santai menanggapi lewat akun
twitternya. Jujur setelah keluarganya Gus Dur, maka kalau ada keluarga
pejabat yang saya kagumi adalah keluarga Joko Widodo. Mereka sederhana, humble, dan apa adanya.
Dengan posisi mereka sebagai anak
Presiden, pasti sebetulnya mereka sedikit banyak tahu intrik yang
terjadi pada beberapa elit politik. Kalau Anda melihat video Kaesang
tentu bisa menangkap dari caranya menyampaikan ada emosi yang ikut
tampak. Sepertinya Kaesang tahu betul siapa-siapa orang yang suka minta
proyek sampai soal mereka yang memancing perpecahan. Baik Kaesang maupun
Gibran paham betul bagaimana stay cool and classy dalam bereaksi dan menyampaikan keprihatinannya.
Satu lagi adalah anak-anak Ahok dan
Veronica Tan. Ya bayangkan lah usia mereka masih relatif muda. Putra
sulungnya saja baru 19 tahun. Yang bungsu bahkan masih duduk di bangku
SD. Kebayang nggak sih perasaan mereka dengar ada pemimpin yang berorasi
“bunuh Ahok! Gantung Ahok!” di depan ribuan massa sampai pawai
anak kecil yang mungkin usianya sama dengan Daud (dan lagi-lagi)
berseru untuk membunuh ayah mereka. Ngeri kan? Coba deh kalau misal Anda
masih seusia Daud kemudian dengar ada orang dewasa dan anak-anak yang
menyuruh Bapak Anda dibunuh atau digantung kira-kira apa perasaan Anda?
Itu belum termasuk fitnah korupsi Sumber
Waras, antek asing, penista agama, bahkan yang terbaru ada yang membuat
foto palsu sang Ibu, Veronica, dalam pose telanjang. Apalagi rangkaian
tekanan yang dialami oleh Ahok sejak menjadi Gubernur dan selama
Pilkada. Dan sampai detik ini pun hal itu masih ada. Asli kalau
anak-anak itu tidak punya hati yang besar dan pikiran yang tenang
mungkin sudah stress tak karuan. Kalau anak-anak Jokowi dan Ahok mau
melaporkan setiap orang yang dirasa menyinggung ayah mereka atau
keluarganya saya rasa penjara di Indonesia juga tidak akan cukup
menampung terpidana kasus itu.
Tidak ada satupun anak yang suka
orangtuanya diperlakukan dengan tidak baik. Chairani tidak salah jika
merasa marah ada yang menyudutkan ayahnya. Namun ada konsekuensi yang
mengikuti saat orangtua mereka memilih terjun di politik atau menjadi public figure
yang dikenal publik. Secara otomatis keluarga pasti kena dampaknya.
Tentu itu kembali lagi ke kebijaksanaan dan dinginnya hati dalam melihat
segala persoalan. Apalagi dengan usia yang makin dewasa pastinya sudah
paham dengan konsekuensi tersebut.(seword.com, rahmatika)