Berita-berita berbau SARA belakangan memang sangat mudah ditemukan. Rasanya tak sulit menemukan sebuah postingan di sosial media yang men...
Berita-berita berbau SARA belakangan memang sangat mudah ditemukan. Rasanya tak sulit menemukan sebuah postingan di
sosial media yang menulisakn berbagai ujaran kebencian yang memuat
unsur SARA. Berita-berita hoax seputaran agama, suku, dan ras belakangan
memang mengalir sangat deras.
Pernah bertanya-tanya darimana berita hoax mengenai SARA ini tersebar? Salah satu jawabannya adalah ulah tangan usil Saracen Cyber Team yang berhasil ditangkap Divisi Siber Bareskrim Mabes Polri. Pada Rabu, 23 Agustus 2017 sindikat kasus penyebaran ujaran kebencian terkait SARA berhasil tangkap.
Ketiga pelakunya berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian dan berbagai barang bukti ditemukan. Bisnis ujaran kebencian melalui media sosial ini ternyata menjadi bisnis yang sangat menggiurkan. Berikut adalah fakta-fakta ddari dapur berita hoax berbau SARA Saracen Cyber Team.
JAS dinilai mempunyai berbagai macam keahlian di dunia digital. Mulai dari mengembalikan akun email yang sudah diblokir hingga menjadi administrator grup. Sang ketua sindikat ini juga memiliki kemampuan mengakusisi akun pihak lain yang dirasa menghambat penyebaran berita hoax yang penuh dengan unsur SARA.
FTN (Faizal Muhammad Tonong) ditangkap di daerah Koja, Jakarta Utara pada 21 Juli 2017 lalu. Sindikat yang menjadikan ujaran kebencian menjadi ladang bisnis ini biasa berkomunikasi via grup bernama SARA Chat. Saracen sampai saat ini tercatat mempunyai 800 ribu akun di sosial media. Orang-orang di balik akun ini yang masih dalam proses pengejaran polisi.
Seperti yang sudah diketahui ujaran atau berita hoax berbau SARA memang sedang marak. Hal ini bisa dilihat dari berita Ahok saat Pilkada DKI Jakarta. Ujaran-ujaran kebencian ini menjadi ladang subur bagi para pelaku bisnisnya. Seperti yang terungkap bisnis manis ini bisa menghasilkan ratusan juta rupiah.
Tak tanggung-tanggu satu order ujaran kebencian ini dibanderol dengan harga fantastis. Tarif dari Saracen Cyber Team ini memiliki range harga Rp 75 juta-Rp 100 juta. Harga yang fantastis bukan? Tiga pelaku yang sudah ditangkap ini mengaku membuat konten-konten bermuatan kebencian pada agama, ras, atau suku tertentu di sela-sela kegiatan hariannya.
Selain membuat akun-akun palsu guna mendukung aksi penyebaran berita hoax. Komplotan ini juga memiliki situs yang berisi kumpulan berita hoax yang tentu memuat unsur berbau SARA. Salah satu media yang sering digunakan adalah saracennews.com plus akun sosial media seperti Facebook, dan Twitter.
Laman situs saracennews.com ini juga dipasang iklan yang tentu saja menambah pundi-pundi penghasilan komplotan cyber ini. Facebook grup dari Saracen Cyber Team ini juga memiliki 135an member. Sedangkan sang ketua komplotan pun mengaku memiliki 8 akun Facebook yang dipergunakan untuk menyebarkan berita-berita hoax berbau SARA.
Biasanya kelompok ini akan menyambungkan fakta dengan hal bohong menjadi sebuah berita yang seakan-akan asli. Bahkan meme yang dibuat oleh Saracen Cyber Team ini kadang menggunakan fakta yang benar-benar terjadi tapi tetap dikemas dengan ujaran kebencian pada suku, ras, atau agama tertentu. Salah satu tujuan utamanya sudah tentu menggiring opini publik.
Berita hoax berbau SARA ini memang seperti tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak setiap membuka sosial media pasti ada saja orang yang menyebarkan berita-berita yang kebenarannya masih dipertanyakan. Sebagai netizen tentu kita harus lebih cermat memilah mana berita asli dan mana berita hoax.
Jangan sampai ujaran kebencian ini malah menguntungkan sebagian orang. Kamu sendiri pernah nggak menemukan berita hoax di sosial media atau berita hoax yang disampaikan secara berantai?(shopback.co.id)
Pernah bertanya-tanya darimana berita hoax mengenai SARA ini tersebar? Salah satu jawabannya adalah ulah tangan usil Saracen Cyber Team yang berhasil ditangkap Divisi Siber Bareskrim Mabes Polri. Pada Rabu, 23 Agustus 2017 sindikat kasus penyebaran ujaran kebencian terkait SARA berhasil tangkap.
Ketiga pelakunya berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian dan berbagai barang bukti ditemukan. Bisnis ujaran kebencian melalui media sosial ini ternyata menjadi bisnis yang sangat menggiurkan. Berikut adalah fakta-fakta ddari dapur berita hoax berbau SARA Saracen Cyber Team.
Sang ketua sindikat ternyata memiliki pekerjaan normal
Ketua sindikat Saracen Cyber Team yang bernama JAS (Jasriyadi) memiliki pekerjaan normal. Tak jauh berbeda dengan kebanyakan orang, JAS memiliki usaha rental mobil. Ketua sindikat ini sudah berhasil ditangkap di Riau.JAS dinilai mempunyai berbagai macam keahlian di dunia digital. Mulai dari mengembalikan akun email yang sudah diblokir hingga menjadi administrator grup. Sang ketua sindikat ini juga memiliki kemampuan mengakusisi akun pihak lain yang dirasa menghambat penyebaran berita hoax yang penuh dengan unsur SARA.
Saracen Cyber Team adalah kelompok yang memiliki struktur sangat rapih
Seperti yang sudah dibahas Saracen Cyber Team ini selain memiliki ketua juga memiliki anggota yang memiliki peran tertentu. Sama dengan organisasi lainnya, sindikat ini pun memiliki struktur yang sangat rapih dan terorganisir. Salah seorang Ketua Bidang Media Informasi dari kelompok ini juga sudah berhasil ditangkap.FTN (Faizal Muhammad Tonong) ditangkap di daerah Koja, Jakarta Utara pada 21 Juli 2017 lalu. Sindikat yang menjadikan ujaran kebencian menjadi ladang bisnis ini biasa berkomunikasi via grup bernama SARA Chat. Saracen sampai saat ini tercatat mempunyai 800 ribu akun di sosial media. Orang-orang di balik akun ini yang masih dalam proses pengejaran polisi.
Omzet ratusan juta dari bisnis manis berita hoax berbau SARA
Seperti yang sudah diketahui ujaran atau berita hoax berbau SARA memang sedang marak. Hal ini bisa dilihat dari berita Ahok saat Pilkada DKI Jakarta. Ujaran-ujaran kebencian ini menjadi ladang subur bagi para pelaku bisnisnya. Seperti yang terungkap bisnis manis ini bisa menghasilkan ratusan juta rupiah.
Tak tanggung-tanggu satu order ujaran kebencian ini dibanderol dengan harga fantastis. Tarif dari Saracen Cyber Team ini memiliki range harga Rp 75 juta-Rp 100 juta. Harga yang fantastis bukan? Tiga pelaku yang sudah ditangkap ini mengaku membuat konten-konten bermuatan kebencian pada agama, ras, atau suku tertentu di sela-sela kegiatan hariannya.
Memiliki situs dan sosial media yang diikuti ribuan orang
Selain membuat akun-akun palsu guna mendukung aksi penyebaran berita hoax. Komplotan ini juga memiliki situs yang berisi kumpulan berita hoax yang tentu memuat unsur berbau SARA. Salah satu media yang sering digunakan adalah saracennews.com plus akun sosial media seperti Facebook, dan Twitter.
Laman situs saracennews.com ini juga dipasang iklan yang tentu saja menambah pundi-pundi penghasilan komplotan cyber ini. Facebook grup dari Saracen Cyber Team ini juga memiliki 135an member. Sedangkan sang ketua komplotan pun mengaku memiliki 8 akun Facebook yang dipergunakan untuk menyebarkan berita-berita hoax berbau SARA.
Mengikuti berita yang sedang tren
Salah satu kehebatan dari jaringan komplotan ini adalah mereka bisa mengikuti tren yang sedang berlangsung. Jadi nggak salah kalau hampir semua berita yang sedang tren atau aktual menjadi sasaran empuk tangan-tangan jahil ini. Mereka biasa menggabungkan beberapa fakta dengan bumbu-bumbu ujaran kebencian yang menjadikan sebuah berita tampak asli.Salah satu jalan menyebarkan berita hoax berbau SARA dengan menggunakan meme
Nah, mungkin kamu sudah sering sekali melihat berbagai macam manipulasi foto di laman sosial media. Mulai dari foto-foto yang ternyata tidak pernah terjadi di Indonesia sampai manipulasi foto tingkat atas. Saracen ini ternyata sangat lihai memoles meme hoax yang mengundang netizen untuk ramai-ramai berkomentas ataupun menyebarkan.Biasanya kelompok ini akan menyambungkan fakta dengan hal bohong menjadi sebuah berita yang seakan-akan asli. Bahkan meme yang dibuat oleh Saracen Cyber Team ini kadang menggunakan fakta yang benar-benar terjadi tapi tetap dikemas dengan ujaran kebencian pada suku, ras, atau agama tertentu. Salah satu tujuan utamanya sudah tentu menggiring opini publik.
Berita hoax berbau SARA ini memang seperti tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Bagaimana tidak setiap membuka sosial media pasti ada saja orang yang menyebarkan berita-berita yang kebenarannya masih dipertanyakan. Sebagai netizen tentu kita harus lebih cermat memilah mana berita asli dan mana berita hoax.
Jangan sampai ujaran kebencian ini malah menguntungkan sebagian orang. Kamu sendiri pernah nggak menemukan berita hoax di sosial media atau berita hoax yang disampaikan secara berantai?(shopback.co.id)