Beritaterheboh.com - Beberapa waktu yang lalu kasus Rohingya kembali memanas. Sekalipun kejadiannya jauh di Myanmar sana, hawa pan...
Beritaterheboh.com - Beberapa waktu yang lalu kasus Rohingya
kembali memanas. Sekalipun kejadiannya jauh di Myanmar sana, hawa
panasnya terasa menyengat sampai ke tanah air.
Berbagai statement nyinyir
ditujukan kepada Presiden Jokowi dan jajaran pemerintahannya. Dengan
sengaja oknum-oknum ambisius itu membenturkan tragedi kemanusiaan
Rohingya dengan agama. Islam versus Buddha.
Dan hasilnya bisa langsung ditebak.
Bledhaaaaarrrrr…………. Meleduk sekeras-kerasnya. Panas membara
kemana-mana. Sampai Candi Borobudur yang tak mengerti apa-apa nyaris
menjadi korban keganasan orang-orang yang merasa ber-Tuhan dan beragama
itu. Merasa ber-Tuhan tapi sikapnya justru jauh dari kasih yang adalah
Tuhan itu sendiri. Merasa beragama tapi kelakuannya jauh dari kebaikan
yang adalah agama itu sendiri.
Semua kekacauan di negara ini suka atau
tidak suka, terima atau tidak terima, diakui atau tidak, timbul atas
andil ucapan nyinyir orang tua yang tak layak dituakan, juga publik
figur yang tak layak dijadikan panutan. Mereka bukannya meredam suasana,
malah bakar-bakar terus bisanya.
Dengan lantang di depan massa, Prabowo
mengatakan bahwa bantuan yang diberikan Indonesia untuk Rohingya adalah
pencitraan semata. Sementara si orang tua yang benar-benar minus
kelakuannya sesuai dengan namanya yang A- (baca A-min alias Amien Rais)
itu juga menyatakan secara sepihak bahwa Presiden Jokowi wajib hentikan
penindasan terhadap Rohingya. Di sisi yang lain, saat Presiden Jokowi
diam justru diserbu dengan tuduhan Jokowi anti Islam. Rezim pemerintahan
Jokowi menzolimi Islam.
Apa-apaan ini!!! Begitu seenaknya mereka
ngablak nyinyir tiada henti. Apapun yang dilakukan Jokowi dan segenap
jajarannya selalu salah di mata mereka.
Sementara mereka sendiri sudah melakukan apa??? Siap membantu katanya. Siap berangkat juga katanya. Iya siap. Siap-siap doang tapi ngga berangkat-berangkat alias NATO. No Action Talk Only. Aiiiihhhh………………..
In Javanese is “Mbok yo dirogoh jhitoke dhewe-dhewe njur ngablak sak karepmu dhewe.” Bagi yang kurang paham bahasa Jawa bisa bertanya pada temannya atau pada Mbah Google. *wink*
Untungnya Pakdhe Jokowi tetap cool-cool
saja tuh. Gerah mata tidak, merah telingapun tidak, panas hati juga
tidak. Anjing menggonggong Jokowi tetap berlalu. Bantuan untuk Rohingya
dari pemerintah Indonesia tetap dan terus dikirimkan ke Myanmar sana.
Mulai dari bantuan logistik sampai bantuan diplomasi untuk terciptanya
perdamaian di sana tetap dikirimkan.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
Retno Marsudi-pun aktif bergerak. Dengan membawa nama Indonesia, Retno
sangat aktif melakukan berbagai komunikasi dan upaya untuk membantu
penyelesaian krisis di negara-negara di berbagai belahan dunia termasuk
di Rakhine State, Myanmar.
Untuk kasus Rohingya ini, Retno menawarkan
formula 4+1 yang berisi ramuan yang bisa mendorong terjadinya pemulihan
perdamaian dan stabilitas negara, menahan diri untuk tidak menggunakan
kekerasan, memberikan perlindungan bagi semua warga tanpa memandang
agama dan suku, serta akses bantuan kemanusiaan.
Selain itu Indonesia juga terus mendorong
agar implementasi dan rekomendasi yang sudah diusulkan dalam Kofi Annan
Report bisa segera direalisasikan.
Dengan naluri keibuannya, Retno membangun komunikasi dan aktif membuka dialog baik dengan Myanmar maupun Bangladesh.
Atas semua usahanya ini, Indonesiapun mendapatkan apresiasi yang tinggi dari berbagai negara. Menlu RI Retno Marsudi menerima penghargaan dari UN Women And Global Partnership Forum (GPF) sebagai Agen of Change, yang diberikan di sela-sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Markas PBB, New York, Amerika Serikat, Rabu, 20 September 2017.
Pemberian award ini merupakan wujud
pengakuan dunia atas berbagai terobosan yang dilakukan Indonesia lewat
kinerja Menlu RI Retno Marsudi, khususnya dalam memajukan agenda 2030
dan pembangunan berkelanjutan.
Penghargaan Agen Perubahan tersebut juga
diserahkan kepada empat tokoh perempuan dunia yang lain, yaitu Presiden
Republik Chile Michele Bachelet Jeria, Perdana Menteri Norwegia Erna
Solberg, Menlu dan Wakil Perdana Menteri Swedia Margot Wallstrom, dan
Ketua Persatuan Perempuan Uni Emirat Arab Sheikha Fatima bint Mubarak.
Indonesiapun semakin berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi positif bagi perdamaian, keamanan dan kesejahteraan dunia.
Lewat peristiwa ini, Retno Marsudi yang
adalah Menteri Luar Negeri perempuan pertama Republik Indonesia sudah
mampu membuktikan di mata dunia bahwa perempuan telah menjadi kekuatan
dan bagian dari solusi untuk menyelesaikan tantangan dunia.
Perempuanpun bisa menjadi sosok panutan dan sumber inspirasi bagi dunia.
Keren banget khan. Makanya jangan pernah meremehkan The Power of Emak-Emak. Hidup Emak-Emak!!!
Akhirnya, apa yang dilakukan Indonesia di bidang diplomasi kemanusiaan dan perdamaian dilihat dan dihargai dunia.
Sementara di dalam negara Indonesia
sendiri hal ini malah dibilang sebagai pencitraan, dunia justru
menganggapnya sebagai suatu prestasi yang sangat membanggakan sehingga
layak dihargai dan diapresiasi setinggi-tingginya.
Tak masalah juga. Silakan nyinyir semau-mau kalian. Toh apa yang kita tabur, itu juga yang akan kita tuai nantinya.
Pada akhirnya Indonesia bisa berbangga berdiri tegak sambil berkata, ”Tuduhan pencitraan darimu berbuah manis Jendral!!!” Indonesia diakui sebagai agen perubahan dunia. Hiduplah Indonesia Raya!!!
(seword.com by Jemima Mulyandari)