Beritaterheboh.com - Sebuah foto yang menjadi viral dan mencengangkan meramaikan Facebook wall, WhatsApp, Telegram , dan berbagai mac...
Beritaterheboh.com - Sebuah foto yang menjadi viral dan mencengangkan meramaikan Facebook wall, WhatsApp, Telegram, dan berbagai macam media sosial yang saya miliki. Foto seorang gubernur, bukan gabener sedang mengorek sampah di Kali Tegal Amba, Duren Sawit siang ini tanggal 30 Desember 2017.
Terlihat
kali tersebut memang kotor, dan bahkan betisnya pun harus tercelup
seluruhnya ke lumpur. Bukannya melakukan dengan alat berat atau
setidaknya sekop, Ph. D. lulusan Amerika ini malah mengorek sampah di
kali tersebut dengan tangan kosong tanpa sarung.
Meskipun
gelar doktor yang diperoleh Anies bukan di bidang sains atau ahli tata
kota, setidaknya Anies seharusnya tahu, bagaimana menggunakan alat untuk
mengeruk lumpur.
Jika pemimpin menggunakan tangan, tentu para
bawahannya tidak enak untuk menggunakan alat. Alhasil, semuanya akan
mengikuti Anies yang adalah pemimpin, menggunakan tangan kosong untuk
membersihkan lumpur hitam. Dengan demikian, pekerjaan akan sangat lama,
dan sangat memakan waktu.
Akibatnya, ketika
hujan datang, banjir pun tidak akan terelakkan, karena lumpurnya masih
dikorek pakai tangan. Alamak. Terlihat di foto tersebut, Anies juga
tidak menggunakan sarung tangan, yang seharusnya ia pakai. Kita tidak
tahu lumpur tersebut mengandung racun atau kutu.
Bagi
saya, foto tersebut bisa menceritakan ribuan kata, dan mungkin saja
mengeluarkan sebuah makalah atau thesis mengenai banyak hal. Thesis
mengenai endapan lumpur, tata kota, kepemimpinan yang titik-titik,
sampai kepada teori konspirasi gubernur magang. Ini benar-benar tidak
masuk akal. Tetap saja, melihat hal ini kita masih harus melihat sisi
positifnya.
Sisi positif yang ingin
diperlihatkan Anies, adalah ia ingin menunjukkan bahwa dengan “turun
tangan”, ia bisa memberikan contoh kepada para petugas bawahannya, untuk
bekerja keras. Namun tetap saja sisi positif ini bisa dibalut oleh
sebuah konspirasi dari Bi Narti yang lainnya. Bekerja keras, bukan
bekerja cerdas.
Setahu saya, pendukungnya bisa
menggunakan politik identitas untuk memenangkan Anies, dan saya
berasumsi bahwa Anies sangat cerdas dalam hal tersebut, terbukti dengan
pidato pelantikannya yang juga penuh tanda tanya. Namun untuk bekerja,
itu lain hal.
Dibandingkan dengan Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok, kita melihat bagaimana perbedaan antara
langit dan bumi – jika tidak ingin dikatakan sorga dan neraka – Anies
jauh berada di bawahnya. Mengenai efektifitas dan efisiensi kerja, Ahok
benar-benar tidak bisa dilawan dan Anies benar-benar newbie alias masih bermental magang.
Saya teringat suatu masa di kehidupan kuliah saya,
ketika saya sedang melakukan kerja praktek lapangan di sebuah perusahaan
komputer, saya diminta untuk merakit laptop. Sebelum merakit, saya pun
mendapatkan training yang cukup dan dilatih cara memegang obeng plus dan minus, yang secara karakter memiliki perbedaan.
Setelah
itu, pengalaman yang mulai membentuk kemahiran saya. Lah sekarang
melihat Anies yang mengorek sampah dengan tangan kosong tanpa sarung,
ini menunjukkan bahwa Anies benar-benar hanya ingin melakukan pencitraan
yang tidak penting.
Bicara pencitraan,
sebenarnya sangat menarik. Pencitraan merupakan istilah politik yang
memiliki konotasi positif dan negatif. Konotasi positif dari pencitraan
dapat dilihat dari sosok Presiden Joko Widodo yang pontang panting di
seluruh Indonesia untuk membereskan sesuatu. Konotasi negatif dari
pencitraan dapat dilihat dari sosok Anies, yang mengorek sampah dengan
tangan kosong, tanpa sarung.
Benar-benar tidak habis pikir.
Ketika
jadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi turun ke gorong-gorong dicibir dan
dikatakan pencitraan. Sekarang gubernur magang Anies turun ke kali yang
sudah dikeringkan, mengorek sampah dengan tangan, mana suara JKT 58?
Dengan bantuan seluruh tangan JKT 58, saya yakin seluruh kali di Jakarta
akan bersih. LOL.
Membersihkan kali dengan
tangan kosong pasti memakan waktu yang sangat lama. Ketimbang dengan
tangan kosong, mungkin ia bisa menggunakan mulutnya, agar lebih cepat.
Jangan suudzon dulu! Maksudnya, Anies bisa gunakan mulutnya untuk
memerintahkan para pekerja untuk membersihkan kali dengan cara yang
lebih efektif. Hayo kalian mikirnya apa? Hahaha. Terlihat di foto,
mereka kebingungan dan malah menonton Anies membersihkan sampah dengan
tangan kosong. Ternyata betul, bahwa pendidikan tinggi, tidak menjamin
seseorang bisa menata kota. Hahaha.
Betul kan yang saya katakan?
(Hy.Sebastian, seword.com)