Beritaterheboh.com — Hasil survei terbaru Indo Barometer menyebutkan, hanya 61,7 persen yang menginginkan Joko Widodo alias Jokowi kem...
Beritaterheboh.com — Hasil survei terbaru Indo Barometer menyebutkan, hanya 61,7 persen yang menginginkan Joko Widodo alias Jokowi kembali dinanti untuk menjadi presiden pada periode 2019-2024.
Ketua DPP Partai Gerindra, Supratman Andi Agtas menilai, hasil survei tersebut menandakan bahwa ada masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya Presiden baru.
"Pertama hasil survei itu menggambarkan bahwa ternyata lebih banyak masyarakat Indonesia yang menginginkan Presiden baru dibandingkan mempertahankan incumbent," kata Supratman kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017).
Dirinya memprediksi, dalam laga Pilpres 2019 mendatang hasilnya tidak berbeda dengan Pilkada DKI 2017.
Saat itu, tingkat kepuasan masyarakat tinggi terhadap kinerja Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Syaiful Hidayat, namun masyarakat tidak memilih keduanya.
"Dengan demikian itu sama persis dengan kejadian yang ada di pilkada DKI. Tingkat kepuasan tinggi tapi tingkat keterpilihan rendah. Nah itu kemungkinan akan terjadi sehingga kami dari Partai Gerindra optimis bahwa Pak Prabowo akan jadi Presiden di tahun 2019," katanya.
Supratman mengungkapkan banyak hal yang membuat elektabilitas Jokowi anjlok. Mulai dari permasalahan Perppu Ormas hingga capaian ekonomi.
"Banyak hal. Terutama menyangkut Perppu Ormas. Agak lebih mengekang hak asasi manusia. Artinya kebebasan orang berpendapat ini itu semakin dibatasi. Hal seperti itu. Kedua capaian ekonomi.
Pertumbuhan kita janjinya tujuh persen. Tapi hari ini menurut laporan organisasi internasional. Sesungguhnya pertumbuhan kita hanya 4,7 persen. Maksimal 4,8 persen," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, mayoritas publik, 61,8 persen, menginginkan Joko Widodo kembali menjadi Presiden untuk periode 2019-2024.
Sedangkan jumlah yang tidak menginginkan Jokowi
kembali menjadi pesiden sebanyak 23,6 persen. Dan yang menjawab tidak
tahu atau tidak menjawab sebesar 14,7 persen
Berdasarkan pertanyaan terbuka tekait elektabikitas, Jokowi berada pada angka 34,9 persen. Namun berdasarkan pertanyaan tertutup dan hanya dibatasi 16 capres, elektabilitas Jokowi naik menjadi 41,8 persen.
Kemudian terhadap pertanyaan tertutup dengan capres dibatasi enam nama, elektabilitas Jokowi meningkat jadi 44,9 persen.
Hasil survei menunjukkan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih diprediksi menjadi pesaing utama Jokowi pada Pemilu 2019.
Berdasarkan pertanyaan terbuka, elektabilitas Prabowo berada pada angka 12,1 persen.
Berdasarkan pertanyaan tertutup dan jumlah capres dibatasi 16, elektabilitas Prabowo naik menjadi 13,6 persen.
Jika jumlah capres dibatasi enam nama, elektabilitas Prabowo naik tak signifikan menjadi 13,8 persen.
"Tren elektabilitas Joko Widodo sejak 2015-2017 perlahan semakin meningkat. Meski sempat melemah pada September 2015. Sementara elektabilitas Prabowo Subianto sejak 2015-2017 mengalami fluktuasi," ujar Qodari.
"(Prabowo) sempat naik pada September 2015 dan melemah pada Oktober 2016. Pada Maret 2017 sempat beranjak namun melemah kembali pada November 2017," tutur dia.
Survei Indo Barometer dilaksanakan pada 15-23 November 2017 di 34 provinsi di Indonesia.
Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden dengan margin of error sebesar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.(tribunnews.com)
Berdasarkan pertanyaan terbuka tekait elektabikitas, Jokowi berada pada angka 34,9 persen. Namun berdasarkan pertanyaan tertutup dan hanya dibatasi 16 capres, elektabilitas Jokowi naik menjadi 41,8 persen.
Kemudian terhadap pertanyaan tertutup dengan capres dibatasi enam nama, elektabilitas Jokowi meningkat jadi 44,9 persen.
Hasil survei menunjukkan, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih diprediksi menjadi pesaing utama Jokowi pada Pemilu 2019.
Berdasarkan pertanyaan terbuka, elektabilitas Prabowo berada pada angka 12,1 persen.
Berdasarkan pertanyaan tertutup dan jumlah capres dibatasi 16, elektabilitas Prabowo naik menjadi 13,6 persen.
Jika jumlah capres dibatasi enam nama, elektabilitas Prabowo naik tak signifikan menjadi 13,8 persen.
"Tren elektabilitas Joko Widodo sejak 2015-2017 perlahan semakin meningkat. Meski sempat melemah pada September 2015. Sementara elektabilitas Prabowo Subianto sejak 2015-2017 mengalami fluktuasi," ujar Qodari.
"(Prabowo) sempat naik pada September 2015 dan melemah pada Oktober 2016. Pada Maret 2017 sempat beranjak namun melemah kembali pada November 2017," tutur dia.
Survei Indo Barometer dilaksanakan pada 15-23 November 2017 di 34 provinsi di Indonesia.
Jumlah sampel sebanyak 1.200 responden dengan margin of error sebesar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.(tribunnews.com)