Beritaterheboh.com - CEO Facebook Mark Zuckerberg telah memberikan keterangan pada parlemen Amerika Serikat (AS), terkait kebocoran data ...
Beritaterheboh.com - CEO Facebook Mark Zuckerberg telah memberikan keterangan pada parlemen Amerika Serikat (AS), terkait kebocoran data pengguna jejaring sosial miliknya.
Saat menjawab sejumlah pertanyaan, wajah Mark nampak tegang.
Suami Priscilla Chan itu tampil rapi dengan memakai jas dan dasi warna biru.
Ia menjawab sejumlah pertanyaan dari 44 senat yang ada di hadapannya, selama lima jam.
Ekspresi keragu-raguan dari pria 33 tahun itu muncul, setelah seorang senator menanyakan apakah Mark bersedia berbagi informasi di mana hotel tempatnya menginap atau tidak.
Ia tertawa kecil, sedikit meringis dan akhirnya menjawab pertanyaan itu.
"Um, eh, tidak," kata Mark seperti TribunJogja.com kutip dari Metro.
Dalam pertemuan tersebut, senator AS fokus pada permasalahan Facebook, yang gagal mengontrol data pribadi penggunanya.
Data tersebut justru digunakan untuk menargetkan iklan dan pesan politik, selama Pemilihan Presiden (Pilpres) AS tahun 2016.
Mark mengakui bocornya data tersebut karena kesalahannya.
"Itu adalah kesalahanku dan aku minta maaf. Saya memulai Facebook, saya menjalankannya, dan saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi di sini," ungkapnya.
Pihaknya akan menyelidiki puluhan ribu aplikasi, untuk mengetahui apakah ada perusahaan lain, yang telah mengakses data seperti Cambridge Analytica.
Saat ini, Facebook sedang berusaha agar 87 juta pengguna yang datanya bocor tahu bahwa informasinya, mungkin telah disalahgunakan oleh Cambridge Analytica.
"Saya pikir semua orang harus memiliki kendali atas bagaimana informasi mereka digunakan," kata bapak dua anak itu.
Pada tahun 2015 lalu, Facebook sebenarnya sudah tahu jika data 87 penggunanya sudah diakses untuk hal yang tidak semestinya oleh Cambride Analytica.
Namun, Facebook menganggapnya sebagai kasus tertutup, karena Cambridge Analytica bersikeras telah menghapus datanya.
Data tersebut diambil menggunakan aplikasi kepribadian Profesor Aleksandr Kogan.
Mark juga mengakui kelambanannya, dalam mengatasi maraknya berita palsu. (Tribunnews.com)