Beritaterheboh.com - Kewarganegaraan ayah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Indra Tjahaja Purnama, dibahas Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) ...
Beritaterheboh.com - Kewarganegaraan ayah Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Indra Tjahaja Purnama, dibahas Ketum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. Adik Ahok, Basuri Tjahaja Purnama, pun bercerita tentang sosok ayahnya.
"(Ayah saya) lahir di kampung, lo. Beliau lahir di kampungnya kampung," ungkap Basuri mengawali perbincangan dengan detikcom, Selasa (3/4/2018).
Basuri tak paham mengapa Yusril sampai membahas soal ayahnya. Padahal ayahnya meninggal pada 1997.
"Kalau soal Babe, dia sudah tenang Di Sana. Jangan diusik-usik, nggak sopan," tutur Basuri.
Mestinya, kata Basuri, hidup bernegara di Indonesia bisa saling menghargai. Basuri berkeberatan mendiang ayahnya dibawa-bawa untuk kepentingan politik semata.
Basuri kemudian bercerita tentang ayahnya semasa hidup. Menurut Basuri, ayahnya tak pernah cerita soal asal-usul leluhurnya yang merupakan Tionghoa.
"Datang saja ke Belitung Timur, tanya apa yang sudah Pak Indra lakukan. Memang Bapak saya ada nama turunan, tapi ada nama Indonesianya," ujar dia.
Ayahnya bernama Indra Tjahaja Purnama dan punya nama lain, yakni Tjoeng Kim Nam. Basuri tak tahu persis sejak kapan ayahnya memakai nama Indra, karena tak pernah diceritakan. Dia lalu terkenang ayahnya yang ikut membantu pembangunan masjid.
"Bangun masjid, ayah saya nyuruh bangun fondasinya. Jadi, kalau mesjid itu dibongkar, fondasinya akan tetap ada," kenang Basuri.
Rupanya alasan ayahnya ingin membantu pembangunan fondasi karena setiap bangunan, termasuk masjid, pasti butuh fondasi yang kuat. Selain itu, fondasi akan tetap ada meski masjid berulang kali direnovasi.
"Kalau sudah dibongkar, kan fondasinya tetap ada. Kan orang Islam percaya, kalau kita ikut membangun masjid, pasti akan juga dapat berkah selama masjid itu terus dipakai. Sampai sekarang fondasinya masih ada," kata Basuri.
Terkait soal identitas, kata Basuri, mestinya tak jadi halangan seseorang untuk berbuat baik. "Maka nilailah orang apa yang sudah dilakukan bagi negeri ini, apa yang sudah dilakukan dengan bangsa ini, itu saja," kata dia.
Basuri berkeberatan nama ayahnya dibawa-bawa dalam pidato Yusril. Selain itu, kakaknya sudah menaati hukum dengan menjalani penahanan.
"Saya agak marah, tersinggung saya, Ahok sudah dipenjara kok kenapa dibawa-bawa? Kalau dia (Yusril) mau jadi presiden, nggak usah seperti ini," ungkap dia.
Mantan Bupati Belitung Timur itu lalu mencoba berpikir positif bahwa sebetulnya Yusril ingin mengatakan bahwa Ahok punya potensi jadi calon presiden. Tetapi, kata Basuri, Yusril tak perlu takut terhadap potensi Ahok.
"Kita semua sudah dewasa dan mari fokus bangun bangsa besar kita, bukan hanya capek takut ini takut itu. Ayo kerja, kerja, kerja," ujar dia.
Dia tak ingin pidato Yusril ini kemudian menjadi kegaduhan. Namun dia tetap meminta Yusril memohon maaf kepada orang tuanya.
"Intinya begini, kenapa mesti takut dengan Ahok? Ahok nyapres pun hak warga negara, kalau syaratnya nggak bisa dipenuhi, kan nggak bisa nyapres. Dia (Yusril) bukan KPU, kan gitu. Nah, lalu ayah saya, walaupun sudah meninggal, silakan ke kampung-kampung, tanya bagaimana nama baik ayah saya dengan orang-orang kampung. Coba ke Belitung Timur-lah, tanya, cek. Tanya ke satpam yang tua, kenal nggak sama Pak Kim Nam?" pungkas Basuri.
Sementara itu, diwawancara terpisah, Yusril menjelaskan bahwa inti pidatonya bukan sekadar membahas ayah Ahok. Namun pidatonya tentang pergerakan umat Islam.
"Konteksnya adalah perjuangan politik umat Islam, mengenai seperti apa Indonesia merdeka," kata Yusril.
Sebelumnya Pakar Hukum Tata Negara, Yusril Ihza Mahendra mengatakan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mustahil diajukan sebagai calon presiden Indonesia. “Kalau Ahok pasti tidak bisa,” kata Yusril saat berbicara mengenai syarat presiden Indonesia saat Kongres Umat Islam 2018 di Medan, Sumatera Utara, Jumat, 30 Maret 2018.
Ahok tidak dapat menjadi Presiden karena terhalang status kewarganegaraannya saat lahir. “Ahok tidak lahir sebagai Warga Negara Indonesia, itu bisa dicek di catatan sipil.”
Yusril mengaku mengenal baik Ahok karena berasal dari satu daerah. Orang tua Ahok, Tjoeng Kiem Nam, memilih menjadi Warga Negara Tiongkok pada msa penentuan warga negara pada 1962. Otomatis, kata Yusril, Ahok yang lahir pada 1966, juga berstatus Warga Negara Tiongkok.
Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yang diamandemen pada 2003. Pasal 6 ayat 1 UUD 1945 menyatakan calon presiden dan calon wakil presiden harus Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
Yusril Ihza mengatakan mantan Gubernur DKI Jakarta itu baru memilih menjadi Warga Negara Indonesia sekitar tahun 1986. Dengan demikian, Ahok tidak memenuhi syarat sebagai calon presiden Indonesia seperti yang tersebut dalam UUD 1945. “Jadi Ahok tidak bisa, yang lain bisa.”(detik.com/tempo.co) .
. .Mengapa dia tidak menyebut Prabowo kok malah Ahok....takut kali ya?— zon_koplak (@kang_h4di) 3 April 2018
. .Yusril mencoba bermain diranah kebencian berharap elektabilitas partainya naik namun cara begini bukan cara cerdas untuk menarik simpati...— Budi (@BoediPrakoso88) 2 April 2018
. .Orang 2 yg kalah kualitas kinerja bersaing dgn yg asal kerja agar si asal ini menang thd lawan2nya maka SARA pun yg akan dia jual tampa malu klo dia sebnarnya tdk mampu— anti taqlid (@nyangapo) 2 April 2018
. .Serang lawan politik dgn prestasi dong. Kecuali klo emg ga pny prestasi yg bs dijadikan alat penyerangan— Bung Piere (@bung_piere) 2 April 2018
Ada elit politik yg pake atribut agama , terus cari2 keburukan orang lain,eh..bukan keburukan orng lain yg didpt, malah jd memalukan dirinya sendiri, inikah yg dimaksud @prabowo : elit politik b*doh? @Ayaniulva @rizalkuddah @republikaonline @suaranews @sudjiwotedjo @masbutet— bram (@brammanto) 2 April 2018