Beritaterheboh.com - Sejumlah warga Tionghoa di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta menganggap gerakan #2019GantiPresiden memalukan karena ti...
Beritaterheboh.com - Sejumlah warga Tionghoa di Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta menganggap gerakan #2019GantiPresiden memalukan karena tidak menghormati pemimpin negara.
Tergabung dalam Gerakan Masyarakat Tionghoa bagi NKRI atau Gemati NKRI, kalangan Tionghoa Yogyakarta ini meminta semua pihak untuk menghormati pemimpin yang telah terpilih hingga masa jabatannya berakhir.
“Kami melihat kepemimpinan Presiden Joko Widodo sangat bersahaja dan faktanya dia terpilih sah oleh rakyat secara demokratis,” kata inisiator Gemati NKRI Siput Lokasari kepada wartawan, Kamis (24/5) malam.
Pernyataan sikap Gemati NKRI ini sebagai respon atas kelompok yang menyuarakan #2019GantiPresiden, termasuk beberapa orang yang mengatasnamakan warga Tionghoa.
Menurut Gemati NKRI, gerakan #2019GantiPresiden justru melanggar peraturan.
Selain itu, dari sisi adat ketimuran, Siput melihat gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang tidak mendidik dan menggambarkan sikap yang sama sekali tidak menghormati pemimpin.
“Sebagai sebuah bangsa, kita diajarkan untuk selalu menghormati setiap pemimpin yang dipilih rakyat,” katanya.
Menurut dia, kebijakan pemerintah harus diterima. Jika tidak senang atau menganggap program pemerintah gagal, penilaian itu harus diekspresikan melalui pemilu.
"Bukan dengan melakukan hal-hal yang ujungnya tidak menghargai diri sendiri dan bangsa," kata Siput.
Siput mengatakan, Gemati NKRI adalah gerakan murni dari warga Tionghoa yang mengajak semua pihak agar tenang, tidak berburu-buru, dan menjaga ketenteraman bangsa.
Ia mengklaim, Gemati NKRI didukung masyarakat Tionghoa di Medan, Makkasar, Palembang, dan Bandung.
Anggota Gemati NKRI, Edy Chrisjanto, melihat #2019GantiPresiden justru gerakan yang membuat resah.
Ia menuding penggerak #2019GantiPresiden adalah tokoh yang tidak sabaran, jahat, dan menginginkan pergantian pemimpin tanpa melalui aturan konstitusional.
“Sementara gerakan kami, Gemati NKRI, bukan gerakan politik dukung mendukung. Gerakan kami juga bukan untuk melawan isu 'aseng-asing' yang diembuskan,” kata Edy menyinggung soal isu sentimen rasial terhadap warga Tionghoa.
Menurut Edy, pemilihan presiden itu bukan hal yang susah.
"Serahkan semua kepada rakyat. Apakah nanti Presiden Jokowi memimpin cukup satu atau dua kali, biarkan suara rakyat yang menentukan," kata dia.
Meski enggan disebut sebagai gerakan politik, rilis yang dibagikan Gemati NKRI menyatakan gerakan ini mendukung Joko Widodo sebagai presiden periode 2019-2024.
Gemati NKRI juga menyajikan 48 keberhasilan Presiden Jokowi selama empat tahun memimpin, seperti mencabut subsidi BBM dan menggunakan dananya untuk berbagai hal produktif.(Gatra.com)