Beritaterheboh.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo menuding proyek light rapid transit (LRT) di Indonesia di-mark up. Prabowo men...
Beritaterheboh.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo menuding proyek light rapid transit (LRT) di Indonesia di-mark up.
Prabowo menyebut data terkait indeks harga proyek LRT sedunia didapatnya dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Apa tanggapan Anies?
Saat dimintai konfirmasi mengenai pernyataan Prabowo, Anies justru meminta wartawan mencari data indeks harga proyek LRT sedunia itu sendiri.
"Menurut saya begini, tugas jurnalistik adalah melakukan verifikasi, melakukan validasi. Jadi saya malah anjurkan pada media statement Pak Prabowo itu dijadikan pemantik. Anda tinggal buka data proyek LRT seluruh dunia dan Indonesia, dari situ malah dapat," kata Anies di gedung DPRD DKI, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (22/6/2018).
"Jadi tugas jurnalistik ditunaikan, melakukan verifikasi, validasi. Jadi yang penting datanya, bukan katanya. Karena di situlah letak kekuatannya," imbuh dia.
Anies mengimbau agar pernyataan Prabowo mengenai indeks harga proyek LRT sedunia dijadikan dasar untuk mencari tahu apakah anggaran proyek LRT di Indonesia efisien atau tidak.
"Jadi, jadikan ini pemantik untuk kita bersama karena kita ingin semua proyek di Indonesia itu cost efficient. Karena itu, teman-teman lakukan verifikasi, cek saja," ujar dia.
Anies mengatakan Prabowo memiliki referensi bacaan yang cukup beragam. Bukan hanya data tunggal, tapi juga data yang sudah dikomparasi satu sama lain.
"Pak Prabowo itu bacaannya banyak. Beliau itu orang yang sangat luas bacaannya. Bacaannya banyak. Dan kalau Anda datang ke ruang kerja beliau, isinya buku-buku. Jadi pasti beliau membaca, membandingkan bukan sekadar katanya, pasti banyak data," sambungnya.
"Karena itu, saya malah mengundang teman-teman lakukan tugas jurnalistik, lakukan verifikasi, validasi. Dan datanya ada semua kok. Itu jauh lebih menarik daripada soal siapa mengatakan apa, di mana, kapan, dan lain-lain," lanjut eks Mendikbud itu.
Ketika keduanya NGAWUR😂😀#MemimpinDenganKataTanpaData pic.twitter.com/JN5UPaxUxG— Dede Budhyarto (@kangdede78) 23 Juni 2018
Ternyata datanya dari sini:
Anies Baswedan mungkin salah menyimpulkan atau salah menerjemahkan dimana angka busway dipakai buat angka LRT?
Data USD 8 juta / km itu ternyata biaya pembangunan jalur BRTS (Bus Rapid Transit System) alias Busway bukan LRT layang (elevated)
Terkait dengan penyesatan publik yang dilakukan oleh Prabowo Subianto juga mendapatkan respons dari Kepala Proyek LRT Palembang Mashudi Jauhar. Menurutnya, Prabowo memang berbicara bukan berdasarkan data yang benar.
“Apa yang mau ditanggapi, wong datanya juga tidak dijelaskan dari mana?” Mashudi memberikan respons atas tudingan Prabowo. “Apa yang bisa disamakan dengan Palembang—dari pernyataan—yang dimaksudkan (oleh Prabowo).”
Mashudi meluruskan tudingan tersebut dengan menyebutkan bahwa tidak ada LRT di dunia dengan biaya pembangunan hanya 8juta dollar AS/km atau Rp 112 miliar/km—merujuk kurs Rp 14 ribu/dollar AS.
“Perlu ditanyakan itu,” kata Mashudi. “Kalau di ASEAN, (konstruksi LRT) sudah di atas atau elevated. Jadi harusnya pasti akan jauh lebih tinggi biayanya.”
Tak hanya itu, Mashudi juga membeberkan bagaimana biaya pembangunan LRT di berbagai negara di Asia, terutama di ASEAN.
Menurut catatan disampaikan Mashudi, di Malaysia saja untuk rute Kelana Jaya-Ampang menghabiskan 7,2 miliar yen/km atau setara 65,52 juta dollar AS/km. Sementara di Filipina, pembangunan LRT di Manila Fase 1 extension menghabiskan 8,2 miliar yen atau mencapai 74,6 juta dollar AS/km. (beritaterheboh.com)