Beritaterheboh.com - Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono usai pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu l...
Beritaterheboh.com - Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono usai pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto beberapa waktu lalu menyebut data angka kemiskinan di Indonesia.
SBY, begitu panggilan akrabnya, mengungkapkan data kemiskinan berdasarkan data kemiskinan Bank Dunia.
Ia menuturkan golongan orang miskin atau yang disebut the bottom forty, 40 persen kalangan bawah jumlahnya 100 juta orang.
Laporan Kompas.com seperti diutarakan Wakil Ketua Komisi XI DPR dari Fraksi Partai Demokrat Marwan Cik Asan menurut Bank Dunia seorang bisa dikategorikan miskin apabila penghasilannya di bawah 2 dollar per hari.
Katakanlah asumsi 1 dolar senilai Rp 13.000 maka penghasilan per bulan mencapai Rp 780.000.
Sehingga berdasarkan data yang diperoleh itu penduduk miskin Indonesia saat ini mencapai 47 persen atau 120 juta jiwa. Lebih kecil dari data yang digunakan BPS.
Lalu benarkah demikian?
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti, membeberkan hal berbeda.
SBY dinilainya keliru membaca data yang dikeluarkan Bank Dunia.
“Penghitungan yang dilakukan adalah tidak benar. Untuk penghitungan poverty line, Bank Dunia tidak menggunakan nilai tukar kurs dolar sebagaimana yang dipakai dalam kurs sehari-hari,” ujarnya, Rabu (1/8/2018), dikutip dari catatan yang diunggah di laman Facebooknya.
Nurfransa mengungkapkan kesimpulan jumlah orang miskin di Indonesia jauh lebih kecil dari 100 juta.
“Angka kemiskinan untuk Indonesia adalah 4,6 persen dan jumlah orang yang di bawah garis kemiskinan adalah sekitar 12.15 juta jiwa,” ungkapnya.
Bagaimana perhitungannya?
Dalam penghitungan tersebut disampaikan bahwa kursnya 13.300 rupiah, sedangkan Bank Dunia dalam penghitungannya menggunakan nilai tukar sebesar 5.639 rupiah untuk tahun 2018 ini. Nilai tukar ini berbeda karena memperhatikan Purchasing Power Parity.
Nilai tukar PPP didapat dengan memperbandingkan berapa banyak yang diperlukan untuk membeli sekaranjang barang dan jasa yang sama di masing masing negara.”
Bagaiman jika ditarik ke dalam kondisi Indonesia?
Untuk Indonesia garis kemiskinan 1,9 dolar PPP untuk tahun 2018 setara dengan 321.432 rupiah per kapita per bulan dan ini berarti 1.9 PPP angka kemiskinan untuk Indonesia adalah 4,6 persen dan jumlah orang yang dibawah garis kemiskinan adalah sekitar 12.15 juta jiwa.
Sedangkan angka kemiskinan nasional Indonesia yang baru dikeluarkan BPS menunjukkan angka 9.82 persen dengan jumlah orang miskin sebesar 25,95 juta jiwa.
Jadi jumlah orang miskin berdasarkan 1,9 dolar PPP jauh lebih kecil dari 100 juta dan bahkan jauh lebih kecil dari jumlah orang miskin berdasarkan garis kemiskinan nasional yang dikeluarkan BPS.
Bank Dunia menggunakan garis kemiskinan PPP dan garis kemiskinan nasional masing masing negara untuk dua tujuan yang berbeda. Garis kemiskinan PPP digunakan untuk memonitor sampai sejauh mana dunia secara keseluruhan pada jalur yang tepat (on track) dalam menangggulangi kemiskinan ekstrem. Sedangkan dalam melihat permasalahan kemiskinan, profil dan apa yang perlu dilakukan dalam mempercepat pengentasan kemiskinan disuatu negara, bank dunia menggunakan garis kemiskinan yang digunakan otoritas statistik negara tersebut.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa garis kemiskinan tersebut sesuai dengan pilihan konsumsi orang miskin dinegara tersebut. Laporan Bank Dunia tentang kemiskinan dan ketimpangan di Indonesia seperti “Making Indonesia Work for the Poor” (2006) maupun Indonesia Rising Divide (2015) sepenuhnya menggunakan garis kemiskinan BPS.
(sta/pojoksatu)