Beritaterheboh.com - Fenomena sebagian masyarakat DKI Jakarta yang kesulitan air bersih memang benar adanya. Terutama yang tinggal di dae...
Beritaterheboh.com - Fenomena sebagian masyarakat DKI Jakarta yang kesulitan air bersih memang benar adanya. Terutama yang tinggal di daerah pinggiran, mereka harus rela membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pun sudah mencium permasalahan yang dialami oleh para masyarakat berpenghasilan rendah. Anies pun sedih karena sebagian warganya harus mengeluarkan dana hingga ratusan ribu rupiah per bulan untuk air bersih.
Yanti nama yang disamarkan, sudah tinggal selama 12 tahun di wilayah Muara Baru, Kampung Kembang Lestari, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Dia mengaku dari awal tinggal di sana sudah membeli air bersih.
"Beli air bersih untuk mandi, buat air bersih, dan masak juga," kata dia kepada detikFinance, Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Dia mengaku, air yang digunakan untuk mencuci pakaian justru berasal dari air tanah. Kualitas air tanah yang kurang baik menjadi salah satu alasannya hanya dipakai untuk mencuci pakaian.
"Karena airnya dekat laut jadi kaya bau amis gitu," jelas dia.
Wanita yang sehari-hari berjualan minuman olahan dan gorengan ini pun mengaku mengeluarkan uang cukup besar untuk membeli air bersih.
Sehari-hari, dia dan keluarganya membeli air bersih sekitar Rp 4.000 per pikul. Satu pikul terdapat dua jeriken. Dia dan keluarga mengaku menggunakan air bersih dalam satu minggu sebanyak tujuh pikul, jika dihitung berarti dalam satu minggu menghabiskan Rp 28.000 atau Rp 112.000 per bulan.
"Tujuh pikul itu harus dicukup-cukupi untuk satu minggu," jelas dia.
Sementara Tono nama yang disamarkan, merupakan penjual air bersih gerobakan. Dia mengaku air bersih yang dijualnya berasal dari penampungan.
"Saya juga beli ke tukang ledeng (penampungan air), setelah itu saya jual lagi ke warga," ujar dia.
Dari tukang penampung air, Tono membeli air seharga Rp 15.000 sekali isi untuk 16 jeriken atau delapan pikul. Dia kembali menjualnya ke warga seharga Rp 4.000 per satu pikul.
Para pelanggan, kata Tono, merupakan warga perantau yang tinggal di kontrakan. Karena kebanyakan rumah kontrakan tidak memiliki jet pump. Sehingga harus membeli air bersih.
Namun, Tono mengaku memiliki jumlah pelanggan yang sedikit. Bahkan, dirinya pernah mengantarkan tiga pikul saja dalam satu hari atau mendapatkan penghasilan sebesar Rp 12.000 saja.
Di balik jerih payahnya selama ini, Yanti dan Tono berharap ada kehadiran pemerintah untuk mengatasi persoalan air bersih di wilayah tempat tinggalnya. Terlebih Yanti, mengaku sangat senang mendengar wacana Pemerintah Provinsis DKI Jakarta yang ingin membuatkan depo air bersih selama musim kemarau seperti sekarang ini.
"Saya juga dengar kalau pemerintah mau kasih air bersih, cuma sampai sekarang belum ada, nggak tahu kenapanya," jelas Yanti.
Dia pun mengaku belum mengetahui tata cara menjadi pelanggan PD PAM Jaya yang notabene menjadi kepanjangan tangan Pemprov DKI Jakarta menyediakan air bersih.(detik.com)