Beritaterheboh.com - Sekitar tahun 1950, Kalijodo, yang saat itu masih bernama Kali Angke, menjadi lokasi untuk melakukan trad...
Beritaterheboh.com - Sekitar
tahun 1950, Kalijodo, yang saat itu masih bernama Kali Angke, menjadi
lokasi untuk melakukan tradisi peh cun bagi warga keturunan Tionghoa.
Saat itu, air di Kali Angke masih jernih dan bersih.
Peh cun merupakan pesta air dan warga naik perahu di Kali Angke.
Laki-laki dan perempuan naik perahu terpisah. Ini menjadi ajang
pencarian jodoh bagi para lajang. Nama Kalijodo konon diambil dari kali
atau sungai Angke dan tempat mencari Jodoh. Sayangnya, tradisi tersebut
dilarang saat Sudiro menjabat Wali Kota Jakarta pada tahun 1953 sampai
1960.
Suasananya mulai berubah ketika tahun 1950-an pemerintah menggusur pusat
prostitusi di daerah Senen, Jakarta Pusat. Karena penggusuran tak
dibarengi dengan pembinaan, PSK malah berpindah tempat ke Kalijodo.
Singkat kata, Kalijodo yang kita kenal terakhir adalah sebagai
lokalisasi dan tempat perjudian. Kali yang ada nyaris tidak berfungsi,
airnya hitam pekat dan bau. Dipinggirnya berdiri bangunan-bangunan liar
dan rata-rata di huni oleh pendatang. Baik yang berprofesi sebagai PSK
maupun profesi lainnya. Di malam hari Kalijodo menjadi daerah yang hiruk
pikuk dan rawan.
Saya punya saudara sepupu dari suami yang tinggal di sekitar Kalijodo
tetapi tidak termasuk area yang di revitalisasi. Dulu kalau berkunjung
ke rumahnya, harus melewati deretan rumah-rumah yang rata-rata dihuni
oleh wanita. Tidak peduli siang atau malam, pakaian mereka cenderung
minim. Pemandangan yang tidak pantas untuk anak2 bahkan orang dewasa
seperti saya. Bau rokok dan miras selalu menyengat, saat kita lewat.
Tapi sekarang sudah berubah. Lokasi itu bisa dilihat dari rumah saudara
saya, dan menjadi pemandangan yang indah.
Sudah berapa gubernur sebelum ini. Mereka pastinya juga mengharamkan
prostitusi, tapi nyatanya tidak berbuat sesuatu. Dan ormas yang katanya
anti maksiat itu juga sudah ada sejak lama. Tapi Kalijodo toh tetap
exist, seolah tidak tersentuh. Jadi saya tidak pernah membayangkan
tempat itu akan berubah sama sekali seperti sekarang ini.
Tapi ini fakta. Kalijodo sekarang sudah berubah. Area itu diambil alih
oleh pemprov, di revitalisasi menjadi taman dan dikembalikan lagi kepada
warga DKI untuk di manfaatkan. Gratis. Tidak dibangun mall atau
apartement yang hanya menguntungkan segelintir orang. Tidakkah ini bukti
kerja nyata pemerintah dalam menata kotanya untuk kenyamanan warganya?
Saya tidak peduli siapa yang jadi Gubernur atau akan jadi gubernur di
DKI. Itu terserah warga DKI untuk memilih siapa yang mereka anggap
terbaik. Saya sudah tidak punya hak pilih. Tapi buat saya, gubernur yang
berani dan bisa melakukan perubahan ini adalah gubernur yang bernyali.
Asli Keren banget !!