Beritaterheboh.com - Siapa sangka Nur Puji Lestari seorang mahasiswi asal Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang kini menimba ilmu di Belanda...
Beritaterheboh.com - Siapa sangka Nur Puji Lestari seorang mahasiswi asal Wiradesa Kabupaten Pekalongan yang kini menimba ilmu di Belanda tepatnya University of Groningen pernah berjualan dadar gulung dari kelas 4 hingga 6 SD.
Keterbatasan ekonomi kelurga tak membuatnya menyerah, hingga kini ia bisa belajar di salah satu perguruan tinggi ternama di dunia.
Sang ayah Munajat (64) yang dulunya mecukupi kebutuhan keluarga dengan berjualan bubur ayam dan sang ibu Daronah (60) sebagai ibu rumah tangga selalu mengajarkannya untuk mandiri dan tekun.
"Segala keterbatasan yang ada tidak pernah sekalipun membuat saya ciut untuk bersekolah. Saya punya seorang ibu yang luar biasa hebatnya mendidik anak-anaknya, beliau mengajarkan saya untuk menjadi anak kuat, mandiri, rajin belajar dan rajin salat," ujarnya kepada Tribunjateng.com melalui sambungan telepon, Sabtu (31/3/2018).
Nur menerangkan, ia diajarkan untuk rajin menabung. Dari uang saku yang sangat sedikit Rp 300 saat bersekolah di SD 1 Kepatihan hingga menginjak pendidikan di SMA N 1 Wiradesa. "Saya memilih untuk menabung dari pada jajan," ujarnya.
"Walaupun dari SD saya berjualan dadar gulung anehnya saya tidak pernah merasa malu. Dari semua pemasukan yang tidak besar itu, saya gunakan untuk keperluan sehari-hari bahkan membantu membayar SPP agar bisa meringankan beban orangtua," imbuhnya.
Dengan kegigihan belajar dan berdoa setiap hari, sewaktu SMA Nur berhasil mendapat rangking 1 paralel dari semester 1 hingga semester 5 dan mendapatakan beasiswa selama 3 tahun.
"Sewaktu SMA saya hanya membayar SPP 1 semester saja. Saat itu rasanya senang dan bersyukur dan tidak dapat tergambarkan dengan kata-kata, bukan karena senang mendapatkan rangking 1 tapi saya senang bisa mengurangi beban orang tua," ungkapnya.
Dari pencapaian tersebut Nur mendapatkan tawaran untuk mendaftar kuliah melalui jalur beasiswa yaitu jalur PBUTM (Pemilihan Bibit Unggul Tidak Mampu) tanpa tes dan bisa berkuliah gratis selama 4 tahun.
Sungguh penawaran menggiurkan yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Tawaran tersebut berhasil membuat saya membangun mimpi baru untuk bisa kuliah di Universitas Gadjah Mada dan saya memilih jurusan Teknik Industri," kata Nur.
Di saat menimba ilmu di Yogyakarta, wanita 26 tahun tersebut juga bekerja sebagai guru privat, dan berjualan di koperasi kampus guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Alhamdulliah saat itu pemerintah memberikan bantuan biaya hidup sebesar Rp 6 juta pada semua mahasiswa jalur PBUTM hingga study saya selesai," katanya.
Namun ia memilih untuk bekerja sambilan sebagai part-timer koperasi UGM, guru privat, dan menitipkan jajan yang dibeli di pasar pagi hari ke kantin-kantin untuk mencukupi kebutuhan. "Karena bagi saya mandiri itu bukan beban, tapi sebuah keharusan seorang anak," timpalnya.
Usai lulus dari UGM dengan IPK cumlaude, Nur memutuskan untuk bekerja, namun ia bermimpi bisa sekolah dan menginjakkan kaki di luar negeri.
"Ketika tahu ada jalur baru untuk alumni bidik misi dengan syarat IPK cumlaude tanpa pikir panjang saya langsung memantapkan langkah untuk mendaftar. Walaupun saat itu posisi saya sedang bekerja di sebuah perusahaan farmasi di Pasuruan Jawa Timur," jelasnya.
Nur Puji Lestari (INSTAGRAM)
Karena ketekunan dan kerja keras wanita asal Wiradesa tersebut akhirnya di terima di University of Groningen jurusan Master of Supply Chain Management.
"Dengan pencapaian hingga titik ini saya belajar satu hal bahwa memang perjuangan dan doa adalah senjata untuk melawan keterbatasan," tuturnya.
"Ada pelajaran yang saya dapat yaitu jangan pernah takut untuk bermimpi dengan segala keterbatasan, seorang anak penjual bubur ayam sekarang bisa menginjakkan kaki di negeri bunga tulipnya," ujarnya.
Ia bercita-cita bisa memajukan dan mengembangkan tempat kelahiran yaitu Pekalongan, melalui ilmu yang diperoleh di Belanda ini nantinya diharapkan dapat berkontribusi untuk negeri tercinta.(Tribunnews.com)