Beritaterheboh.com - Tak banyak yang tahu, ada kejanggalan yang ditunjukkan keluarga pelaku serangan bom Surabaya. Hal itu tampak setel...
Beritaterheboh.com - Tak banyak yang tahu, ada kejanggalan yang ditunjukkan keluarga pelaku serangan bom Surabaya.
Hal itu tampak setelah keluarga tersebut melaksanakan shalat Subuh berjamaah di masjid dekat kediamannya.
Setelah berhasil mengidentifikasi pelaku bom Surabaya, polisi langsung bergerak untuk mengusut tuntas peristiwa kelam di Kota Pahlawan itu.
Salah satunya, dengan mendatangi sebuah rumah di kawasan Wonorejo yang disebut-sebut sebagai kediaman keluarga teroris tersebut.
Korban Meninggal Bom Surabaya jadi 13 Orang, 43 Jemaat Luka, 10 Belum Bisa Dikenali
Polisi sendiri sudah berada di lokasi sejak Minggu (13/5/2018) pukul 15.00 WIB.
Di rumah dengan alamat Jalan Wonorejo Asri XI no 22, Surabaya Timur itu, polisi langsung melakukan pengeledahan.
Dari pantauan JawaPos.com (grup pojoksatu.id), sejumlah barang bukti dibawa polisi dari rumah berpagar besi hitam itu.
Ketua RT 02/RW 03, Korihan membenarkan bahwa rumah tersebut adalah milik pribadi keluarga Dita Oepriarto.
Di rumah itu, katanya, Dita dan istrinya, Puji Kuswati serta empat anaknya, Fadil (18), Firman Halim (16), Fadila Sari (12) dan Pamela Rizkita (9) selama ini tinggal.
“Itu rumah sendiri, semuanya tinggal disitu sama empat anaknya,” kata Korihan.
Korihan menambahkan, keluarga pasangan Dita dan Puji itu sendiri sudah menetap di rumah tersebut sejak 2010 lalu.
Dalam keseharian, warga pun sama sekali tak melihat ada gelagat aneh yang ditampakkan pasangan tersebut.
“Gak tertutup. Biasa aja. Malah sering bergaul dengan warga,” bebernya.
Selain rutin beribadah berjamaah di Masjid, lanjutnya, Dita juga aktif dalam setiap kegiatan warga.
“Setiap terdengar azan pasti datang berjamaah bersama anak-anaknya,” kata dia.
Nah, sebelum melakukan bom bunuh diri itu, ternyata keluarga tersebut masih menyempatkan diri menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid dekat kediaman mereka.
Hal itu sebagaimana penutusan salah satu satpam perumahan yang mewanti-wanti agar tak disebutkan namanya.
Menurut sang satpam, kali terakhir ia melihat keluarga tersebut adalah saat usai melaksanakan shalat subuh berjamaah.
Saat itu, dari masjid, mereka langsung pulang ke rumahnya.
Namun, di depan rumah, mereka terlihat saling berpelukan satu sama lain.
“Iya pelukan aja, di depan rumah. Semua pelukan,” kata satpam tersebut.
Meski hanya selintas, tapi ia yakin saat saling berpelukan itu, keluarga tersebut sama-sama menangis.
“Saya pas lewat situ (depan rumah pelaku). Mereka pelukan semua sambil nangis-nangis,” lanjutnya.
Ia sendiri tak tahu persis apa yang membuat keluarga itu saling berpelukan dan menangis haru.
Ia baru sadar setelah dirinya melihat pemberitaan bahwa keluarga Dita-Puji disebut menjadi pelaku bom Surabaya.
“Waktu itu saya pikir mungkin ada masalah keluarga gitu. Baru sadar setelah lihat berita ternyata mereka pelaku bom bunuh diri,” bebernya.
Untuk diketahui, terduga pelaku bom Surabaya itu adalah satu keluarga yang merupakan anggota JAD dan JAT.
Yakni pasangan suami-istri, Dita Oepriarto dan Puji Kuswati, serta empat anaknya, Fadil (18), Firman Halim (16), Fadilah Sari (12) dan Pamela Rizkita (9).
Untuk Fadil dan Firman Halim, melakukan bom bunuh diri di Gereja Jalan Ngagel Madya itu meledak pada pukul 06.30 WIB dan menjadi aksi pertama.
Identitas Pelaku Bom Surabaya, Ternyata Sekeluarga, Empat Anaknya Diajak Bunuh Diri
Sedangkan Puji Kuswati bersama dua putrinya, melakukan bom bunuh diri di GKI Jalan Diponegoro pukul 07.15 WIB.
Sementara Dita Oepriarto, melakukan penyerangan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuna pad pukul 07.53 WIB.
“Dita men-drop istri dan dua anak perempuannya di DKI Diponegoro,” terang Kapolri Jendral Tito Karnavian di Mapolda Jawa Timur, Minggu (13/5/2018) sore.
Tito menambahkan, saat ini polisi masih melakukan pendalaman. Termasuk, memastikan jenis bahan peledak.
“Mereka (pelaku) menggunakan modus atau cara pengeboman yang berbeda. Jenis bahan peledaknya masih kami teliti bersama tim forensik,” kata Tito.
Pengakuan Ketua RT
Terduga pelaku teror bom di tiga gereja di Surabaya sebelumnya dikabarkan baru pulang dari Suriah.
Hal tersebut dibantah tetangga pelaku yang setiap hari bertemu dengan keluarga pelaku.
Ketua RT setempat, Korihan mengatakan keluarga tersebut tidak pernah pergi dalam waktu yang lama.
"Pernah dua hari tidak muncul di musala sudah dicari sama tetangga lain ternyata bapaknya sakit tapi ada di rumah," kata Korihan, Senin (14/5/2018).
Korihan sangat yakin mereka tidak pernah dari Suriah khususnya sejak tinggal di perumahan tersebut sejak 2012.
Kegiatan di rumah pelaku juga tidak ada yang nampak mencolok.
Pelaku kerap menyapa para tetangga saat melalui rumah berukuran 10x20 meter yang dihuni enam anggota keluarga tersebut.
"Keseharian ya lalu lalangnya rumah dan tempat usahanya itu, jual minyak kemiri dan jinten," kata Korihan.
Pembeli jualan pelaku juga dari beragam kalangan termasuk orang-orang non muslim.
"Mereka biasa berbaur, pembelinya itu kadang Cina," kata Korihan
Sikap keluarga pelaku yang ramah membuatnya tidak pernah punya masalah dengan tetangga.
Mengetahui seluruh keluarga tersebut tewas dalam aksi bom bunuh diri membuat para tetangga kaget tidak menyangka.
"Kalaupun pernah bikin saya jengkel itu sekali. Saat saya minta dia ngumpulin KK tidak segera dikasik. Sampai saya minta tiga kali. Itu lima bulan lalu," cerita korihan.
Saat itu ia selaku RT 03 di lingkungan pelaku mendapat pemberitahuan dari Pemkot ada nama-nama anak tidak memiliki akte kelahiran.
Di lingkungannya tidak hanya anak pelaku beberapa warga lain juga ada yang tidak terdata.
Namun keluarga pelaku tidak segera memberikan KK yang diminta RT.
"Makanya saya jengkel karena sampai tiga kali gak dikasih. Selain itu ndak pernah," cerita Korihan.(Pojoksatu.id/Tribunnews.com)