Beritaterheboh.com - Rabu (25/7) siang, Ade, anggota petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) alias pasukan oranye Jakarta, me...
Beritaterheboh.com - Rabu (25/7) siang, Ade, anggota petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) alias pasukan oranye Jakarta, melukis dinding-dinding jembatan di depan saung Kelurahan Paseban dengan gambar-gambar bertema Asian Games 2018.
Mulanya, ia mendadak diminta kelurahan untuk menggambar maskot Asian Games 2018, Bhin Bhin, Atung, dan Kaka, yang merupakan cendrawasih, rusa, dan badak, sejak dua bulan terakhir.
Pengerjaan satu bidang lukisan memakan waktu 2-4 hari tergantung luas yang akan dilukis. Enam orang dalam tim PPSU itu bekerja dalam dua sif, yakni sif pagi dari pukul 08.00 WIB-15.00 WIB, dan sif sore dari pukul 03.00 WIB-22.00 WIB.
Meski menikmati tugas barunya, pria yang sudah bekerja selama tiga tahun sebagai PPSU ini mengaku menemukan kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.
Pertama, ia tak pernah memiliki kehandalan khusus dalam menggambar. Selama ini, Ade dan dua rekan setimnya mengandalkan Google untuk membuat pola-pola gambar.
"Paling susah menggambar maskot-maskot itu. Kalau salah kan udah beda karakter. Ya pernah juga sih salah, terus dihapus lagi," kata Ade.
Ade dan lima orang lainnya yang tergabung dalam tim PPSU tidak memilih untuk menggambar bendera negara peserta Asian Games. Sebab, katanya, gambar bendera jauh lebih sulit. Dia diminta menggambar sesuai kemampuannya saja.
Kedua, mencari warna cat yang tepat. Sebab, kelurahan hanya menyediakan warna-warna dasar seperti merah, hijau, biru, putih, dan hitam. Mereka mengandalkan kreativitas untuk mencampurkan warna cat agar mirip dengan aslinya.
"Ya aslinya mah cuma ini aja. Kita campur-campurin sampai jadi banyak warna. Jadi ya harap maklum kalau warnanya berbeda," kata Ade.
Ketiga, tim PPSU menemukan banyak gangguan di tempat melukis. Baik itu dalam bentuk benda maupun manusia.
"Biasanya ada sampah-sampah, daun-daun liar seperti ini kan kita harus bersihkan dulu. Kadang juga ada penjual di sini biasanya ramai ya kita minta minggir dulu sementara," terangnya.
. . SeTolong jangan dihina gambarnya, karena gambar mural mungkin bukan kapasitas pasukan oranye (PPSU). Pertanyaannya, kenapa mrk yg diminta gambar? Kenapa ga pake seniman mural biar sekalian bagus dan sesuai dgn kapasitasnya? pic.twitter.com/5orQ9EIK0A— Hello, Renny! (@RennyFernandez) July 23, 2018
.Terlalu banyak mural Asian Games yg dibuat sembarangan terutama di gambar di sepanjang dinding2 kosong tampaknya bisa membuat Jakarta tambah kumuh— wrahardian (@wrahardian2) July 25, 2018
jauh ini, Ade dan teman-temannya telah menyelesaikan lima mural di Kelurahan Paseban. Dibantu warga, mereka menggambar tembok pejalan kaki di sekitar Perempatan Matraman.Asian Games mbok ya contoh perhelatan Piala Dunia Rusia kemarin, mural artist lokal banyak lho, knpa kita gak bikin seartistik mungkin kota Jakarta dan Palembang, bisa? Bisa..mepet? Iya jelas mepet..kemaren ngapain aja? Kalo dikebut kaya Bandung Bondowoso ya monggo— Wiskie (@yulius_wisnu) July 23, 2018
Kendati demikian, pria yang sehari-hari bertugas mengangkut sampah dan menjaga prasarana umum ini mengaku tak mendapat bonus tambahan dengan tugas musimannya ini.
Padahal, dia berharap setidaknya ada makanan, kopi, rokok yang disediakan kelurahan.
"Ya harapannya sih ada bonus dikit, dibayar per minggu juga enggak apa-apa lah, tapi tidak ada," keluhnya.
Pria yang tinggal di Keramat Sawah, Paseban, itu hanya bisa berharap warga merasakan gelora Asian Games 2018 yang semakin dekat melalui karya-karyanya.
Namun, Ade tidak mengetahui bahwa karya-karyanya saat ini sedang menjadi buah bibir di media sosial. Dia hanya sibuk bekerja saat pembukaan Asian Games tinggal menghitung hari.
"Harapannya kalau untuk tembok di kota ya mohon dijaga. Jangan ngelihat tembok lapang dikit, dikotori. Harap maklum kalau ada yang kurang mirip gambarnya. Kalau untuk Asian Games, ya semoga sukses sehingga perjuangan kami enggak sia sia," tutur dia.
Sebelumnya, mural bertema Asian Games 2018 di berbagai penjuru Jakarta disorot di media sosial karena tampak kurang artistik dan sekadarnya. Baik dari segi pola gambar, komposisi warna, maupun penempatan posisinya.
Ternyata, gambar-gambar itu dibuat oleh pasukan oranye setelah ada sejumlah postingan. Kritik pun mengalir ke Pemprov DKI yang kebanyakan meminta untuk memakai seniman yang kompeten.
Seusai kritik di media sosial itu, Gubernur Anies Baswedan mengaku tak tahu dan tak pernah memerintahkan PPSU untuk melukis mural.
"Seingat saya, gubernur enggak pernah ngasih tugas itu ya," kata Anies di Balai Kota Jakarta, Selasa (24/7).
\Sebaliknya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyebut PPSU memang dikerahkan untuk ikut memperindah tampilan Jakarta menjelang pelaksanaan Asian Games.
"Untuk mereka (PPSU) jadi bagian dari beautifikasi, kami ajak seluruhnya," kata Sandi di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta Pusat.(CNNIndonesia.com)
Ehm...silakan silat kata lagi deh....kata, kata & kata. Bukan kerja, kerja & kerja pic.twitter.com/3XHa0v4WHG— Neneng Herbawati (@nengherba) July 25, 2018