Beritaterheboh.com - Calon Presiden Prabowo Subianto kembali menyinggung soal angka kemiskinan di Indonesia. Kali ini dia mengatakan bahw...
Beritaterheboh.com - Calon Presiden Prabowo Subianto kembali menyinggung soal angka kemiskinan di Indonesia. Kali ini dia mengatakan bahwa 99% rakyat Indonesia hidup pas-pasan.
Hal itu diungkapkan Prabowo saat bertemu relawan emak-emak di Denpasar, Bali. Mantan Danjen Kopassus itu mengklaim data yang disampaikannya itu valid dan sesuai kenyataan, dan berasal dari Bank Dunia serta lembaga internasional lainnya.
Entah data dari mana yang dimaksudkan Prabowo Subiyanto. Pasalnya, data resmi yang dirilis pemerintah dan lembaga independen lainnya tidak seperti itu.
Menanggapi pernyataan ini, Menteri Sosial RI Agus Gumiwang menyebut pernyataan Prabowo itu sebagai asumsi pribadi yang tidak berdasar. Karena menurut data Kementerian Sosial hanya 40 persen rakyat Indonesia hidup dalam kategori ekonomi terbawah.
Dengan adanya data sebesar 40 persen, pemerintah kemudian memberikan perhatian melalui program peningkatan penerima manfaat. Data ini juga menjadi acuan agar bantuan yang diberikan pemerintah tepat sasaran.
Dari total 40% masyarakat Indonesia yang harus diperhatikan, yaitu berjumlah 98,1 juta jiwa. Data ini merupakan hasil survei yang dilakukan Kementerian Sosial yang berkoordinasi dengan pemerintah daerah di seluruh wilayah di Indonesia.
Dari total 98,1 juta jiwa ini merupakan masyarakat yang diperhatikan pemerintah dengan diberikannya keringanan untuk menggunakan fasilitas LPG gas 3 kilogram dan listrik bersubsidi. Angka 40 % terendah ini belum tentu masuk kategori miskin semuanya.
Sementara itu, di dalam 40% masyarakat yang masuk kategori diperhatikan pemerintah itu terdapat 38%-nya yang merupakan masyarakat dengan fasilitas penerima bantuan iuran (PBI) dan jaminan kesehatan nasional (JKN) sebanyak 92,4 juta jiwa.
Kemudian, dari 38% masyarakat yang masuk kategori diperhatikan pemerintah dengan fasilitas PBI dan JKN itu terdapat 25%-nya merupakan masyarakat dengan fasilitas bansos pangan dan program Indonesia pintar (PIP). Penerima bantuan tersebut memiliki jumlah total 15,6 juta keluarga.
Sevara lebih rinci, turunan dari 25% masyarakat yang masuk kategori diperhatikan pemerintah dengan fasilitas Bansos Pangan dan PIP itu ada 18%-nya yang merupakan masyarakat dengan fasilitas program keluarga harapan (PKH) dengan total penerima bantuan yaitu 10 juta keluarga.
Kemudian, bila Prabowo mengklaim datanya itu dari Bank Dunia juga merupakan suatu pembohongan. Karena setelah diperiksa melalui data ter-update yang disajikan dari situs World Bank. Data yang berupa curva itu menunjukkan bahwa rasio jumlah masyarakat miskin pada garis kemiskinan nasional di 2017 adalah 10,6% dari PDB.
Rasio jumlah masyarakat miskin Indonesia menurut data Bank Dunia paling tinggi terjadi saat 1999 yaitu mencapai 23,4% terhadap PDB. Setelah itu cenderung menurun hingga 16% terhadap PDB pada 2005.
Sedangkan, menurut data BPS terbaru, jumlah orang miskin di Indonesia itu sekitar 9,82 persen per Maret 2018. Prosentase itu setara dengan 25,95 juta penduduk Indonesia. Angka ini menjadi titik terendah persentase kemiskinan sejak tahun 1999.
Dengan itu, maka terlihat bahwa Prabowo melakukan kebohongan terkait pernyataannya bahwa 99% rakyat Indonesia hidup pas-pasan dan cenderung miskin. Itu jelas tak sesuai dengan data yang valid dan benar.
Justru sebaliknya, berbagai program dan kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan itu terbukti berhasil hingga mencapai angka terendah dalam sejarah. Ini membuktikan bahwa program dan kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi itu tepat dalam menanggulangi kemiskinan.
Di sisi lain, masyarakat pun semakin puas dengan kinerja pemerintahan Presiden Jokowi. Hingga saat ini rata-rata terdapat 70 persen masyarakat merasa puas dengan kinerja ekonomi pemerintah.
Kita harusnya fair terhadap data dan fakta. Boleh mengkritik, tapi harus sesuai dengan kenyataan. Bukan mengarang apalagi memfitnah dengan isu yang tidak benar.(merdeka.com)