Beritaterheboh.com - Nada bicara Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Kepresidenan Ali Ngabalin meninggi sesuai Pengamat otomotif,...
Beritaterheboh.com - Nada bicara Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Kepresidenan Ali Ngabalin meninggi sesuai Pengamat otomotif, Ridwan Hanif mengkritik mobil Esemka.
Hal tersebut diungkap Ridwan Hanif di acara Sapa Indonesia Kompas TV yang tayang Sabtu (7/9/19).
Ridwan Hanif mengatakan pabrik mobil Esemka selama ini selalu tertutup.
"Masalahnya ada dikomunikasi, selama ini selalu tertutup, tidak terbuka, Sementara kalau bisnis otomotif, trust itu penting," ujar Ridwan Hanif.
Hanif menjelaskan biasanya, pabril mobil sebelum produksi, akan gencar melakukan publikasi.
"Biasanya, kalau pabrik mobil, saat peletakan batu pertama sudah ditunjukkan ke masyarakat, terus bikin show mobil-mobil yang akan diproduksi," ujarnya.
Ridwan hanif lantas mengaku belum melihat spesifikasi mobil Esemka.
"Spesifikasi mobilnya kita belum lihat, baru lihat di televisi dari hanya orang yang diundang yang tahu, dan nggak semua jurnalis otomotif yang diundang," ujarnya.
Ridwan Hanif membandingkan mobil Esemka dengan Vinfast yang diproduksi Vitenam.
Menurutnya, Mobil Esemka seharusnya meniru mobil Vinfast yang diproduksi Vitenam.
Ia menilai, Vinfast sangat terbuka dan niat untuk memproduksi mobil dan menjadikan hal itu sebagai bisnis.
"Vinfast itu pertama melakukan berpatner dengan general motor (GM), kemudian dia bekerjasama dengan beberapa pihak dalam onderdilnya, desainnya, kemudian mereka open order sejak 2008, bahkan brand ambbasador nya David Beckham, mereka bener-bener niatnya jualan dan ingin untung," ujarnya.
Ridwan Hanif menekankan bahwa kepercayaan masyarakat untuk membeli mobil adalah sesuatu yang sangat penting.
"Mobil itu kan sesuatu yang mahal, banyak mempertimbangan untuk membelinya, seharusnya yakinkan masyarakat bahwa produk ini mobil yang layak anda beli," ujar Ridwan Hanif.
Lantas, pernyataan Ridwan hanif itu ditanggapi Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin.
Ali Ngabalin mengatakan agar Ridwan Hanif lebih ingat akan proses mobil esemka.
"Eh jangan lupa Rif, ingat baik-baik, saya kan dampingi Bapak presiden, jangan lupa tanggal 16 Agustus 2018, itu pertama kali, tonggak sejarah keberhasilan Esemka, 27 Februari 2017 sduah terpublikasi," ujarnya.
"Coba ditelaah baik-baik, open recruitmennya sudah dipublikasikan, bahwa anak-anak SMK terkait tenaga kerja Indonesia dan 100 persen perusahaan swasta, inilkurang lebih 5-7 tahun lho," ujarnya.
Lantas, pembawa acara Kompas TV menanyakan alasan jurnalis tidak banyak diundang.
Ali Ngabalin kemudian mengatakan bahwa itu adalah hak pemilih perusahaan.
Ia menegaskan bahwa kehadiran Jokowi di peluncuran mobil Esemka mendadakan bahwa mobil Esemka begitu penting.
"Kalau itu keputusan pemilik perusahaan, tapi yang jelas, tidak mungkin presiden bisa datang dalam peluncuruan kalau produk dalam negeri ini tidak menjadi prioritas tenaga kerja anak bangsa," ujar Ali Ngabalin.
Diketahui, mobil Esemka yang diluncurkan yakni Bima 1.2 dan Bima 1.3.
"Rencana demikian, untuk produk yang akan meluncur seperti yang sudah saya bicarakan beberapa waktu lalu, yakni Bima 1.2 dan Bima 1.3.Kita sudah komitmen soal ini," ucap Presiden Direktur Esemka Eddy Wirajaya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/9/2019).
Seperti diberitakan sebelumnya, untuk tahap awal Esemka akan fokus pada untuk memproduksi kendaraan niaga ringan atau pikap.
Bima 1.2 dan 1.3 yang sama-sama menggunakan mesin bensin akan menjadi model pertama yang dilepas ke pasar.
Menurut Eddy, kendaraan pikap dipilih karena memiliki visi dan misi yang sejalan dengan Esemka, yakni menggerakkan perekonomian di daerah-daerah.
Khususnya wilayah pinggiran.
Sementara untuk harga, sebelumnya juga sudah dibicarakan Eddy bila kisarannya tidak akan lebih dari Rp 150 juta.
Sisi keterjangkauan harga memang menjadi salah satu pertimbangan utama yang membuat kenapa akhirnya dipilih jenis kendaraan pikap ringan sebagai produk yang akan dipasarkan lebih dulu.
Hal ini sekaligus menepis isu mengenai adanya model SUV tujuh penumpang yang sempat dikabarkan siap untuk meluncur.
Menurut Eddy, SUV Garuda itu merupakan proyek Esemka selanjutnya.
Adapin model kabin ganda Digdaya juga belum akan diproduksi dan dipasarkan.
"SUV penumpang itu masih lama.
Kita tahu kompetisi untuk kendaraan penumpang apalagi SUV cukup berat dengan persaingan yang banyak.
Kalau yang double cabin, kita juga ada tapi secara harga itu cukup tinggi, jadi kita belum dulu luncurkan," kata Eddy.
(Tribunnews.com)