Beritaterheboh.com - Kodam Jaya turut membantu kepolisian mengamankan massa demo tolak omnibus law UU Cipta Kerja. Jumlahnya sekitar 100 or...
Beritaterheboh.com - Kodam Jaya turut membantu kepolisian mengamankan massa demo tolak omnibus law UU Cipta Kerja. Jumlahnya sekitar 100 orang yang datang dari luar Jakarta.
Hal itu diungkapkan Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman. Dudung mengatakan pihaknya mengamankan sebelum demo dimulai.
"Seratusan lebih. Yang saya kemarin tahu ya, dari Subang, Banten, Tangerang, kemudian Pamanukan, itu saja. Tapi kan itu yang kami amankan sebelum demo mulai," kata Dudung kepada detikcom, Sabtu (10/10/2020).
Orang-orang yang diamankan oleh pihak TNI, kata Dudung, bukan merupakan pelajar, mahasiswa, ataupun buruh. Dudung menyebut justru mereka adalah preman. Kepada Dudung, para preman itu mengaku dibayar untuk mengikuti demo.
"Itu orang-orang nggak sekolah semua rata-rata. Bukan, kalau buruh malah nggak ada justru. (Mereka) pengangguran, preman-preman. Dia itu di WhatsApp group-nya dijanjikan akan dikasih uang setelah demo selesai," ungkapnya.
Dudung lantas bertanya kepada mereka, siapa yang menyuruh ikut aksi tolak UU Cipta Kerja. Namun, para preman itu justru tidak menjelaskan detail.
"Justru saya tanya, 'Yang gerakkan kamu siapa?', 'Ketinggalan, Pak, di Pamanukan, nggak ke sini'. Kan kurang ajar tuh, yang gerakin malah tidak bergerak," ucap Dudung.
Dudung menduga penggerak para preman itu sengaja memberi imbalan seusai demonstrasi agar saat menjalankan aksinya, para preman kelaparan. Dalam kondisi lapar, Dudung berpendapat, seseorang akan terpancing berbuat anarki.
"Saya nggak tahu besaran uang (imbalan)-nya. Cuma di dompet itu ada yang kosong, ada yang cuma Rp 10 ribu. Kasihan itu mereka itu. Memang dibuat lapar mereka kan, biar anarkis. Keterangan lebih lanjut kan lagi diselidiki Kapolda. Di Polda," tutur Dudung.(detik.com)