Pada tahun 1958, seorang ‘raja’ dari Kalimantan Selatan datang menghadap Presiden Soekarno. Kepada Soekarno, lelaki 42 tahun yang bernama...
Pada tahun 1958, seorang ‘raja’ dari Kalimantan Selatan datang menghadap Presiden Soekarno.
Kepada Soekarno, lelaki 42 tahun yang bernama Idurus itu mengaku sebagai Raja Kubu Rawas dari Kalimantan Selatan.
Berkesempatan bertemu dengan Presiden Soekarno saat itu, ia datang bersama ‘permaisuri’ nya yang bernama Markonah dengan diiringi lima orang pengawal yang berpenampilan militer.
Awal petualangan Idurus dan Markonah adalah ketika ia mendapat rekomendasi dari pemerintah Kalimantan Selatan untuk berangkat ke Jakarta dan bertemu para petinggi negeri.
Sesampainya di Jakarta, Idurus disambut besar-besaran. Ia dijamu makan malam oleh Walikota Jakarta, Sudiro, bersama anggota DPRD Jakarta.
‘Raja Kubu Rawas’ itu pun membual bahwa dirinya terbiasa memakan daging mentah terutama daging ular.
“Makan daging ular dan meminum darahnya membuat tubuh menjadi bugar”, begitu kata Idurus.
Rombongan ini pun bertemu dengan Presiden RI. Kepada Soekarno, ‘raja’ ini mengaku memiliki istana besar yang ada di sebuah goa raksasa.
Di dalamnya terdapat empat puluh mumi tentara Belanda dan Jepang.
Idurus menyatakan niatnya menyumbangkan harta bendanya guna membantu perjuangan melawan Belanda merebut Irian Barat.
Tapi sebagai syaratnya, ia meminta kepada Bung Karno agar dapat melakukan lawatan berkeliling Jawa.
Permintaan Idurus pun disanggupi oleh Bung Karno. Presiden memfasilitasi perjalanan mereka dan rombongan.
Tujuan Soekarno kabarnya untuk sekaligus mengkampanyekan pembebasan Irian Barat yang kala itu belum masuk dalam wilayah RI.
Rangkaian perjalanan Idurus dan Markonah keliling Jawa disambut layaknya raja dan ratu.
Sebenarnya banyak kejanggalan dari ‘raja’ Idurus ini. Antara lain dalam adat Suku Kubu tak dikenal istilah raja melainkan kepala suku, namun sepertinya informasi ini pada saat itu tak banyak orang yang tau.
Markonah juga pernah kepergok berbicara dalam bahasa Jawa, alih-alih berbicara dalam bahasa Kubu.
Kisah lucu dan unik ini bahkan sempat jadi pemberitaan koran-koran di negeri Belanda.
Banyak yang menertawakan kisah ‘raja’ yang telah berhasil menipu Presiden Soekarno, Walikota Jakarta, Walikota Bandung, Walikota Semarang, Walikota Yogyakarta, Walikota Solo dan Walikota Madiun ini.
Sebenarnya aneh bila orang sekaliber Soekarno bisa tertipu oleh kisah raja palsu, apalagi presiden juga dikelilingi oleh para pejabat dan intelijen yang handal.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa Bung Karno hanya pura-pura percaya, dengan sengaja membiarkan dan memanfaatkan Idurus untuk memperburuk citra PRRI, karena Idurus berasal dari daerah pemberontakan PRRI tersebut.
Tapi akibatnya Soekarno konon malah menjadi bulan-bulanan orang Belanda karena kasus ini. Seorang presiden negara besar bisa tertipu seperti itu.
Petualangan Idurus dan Markonah berakhir di Madiun saat polisi militer menciduknya disana.
Raja dan ratu palsu itu ditangkap karena ada seorang tukang becak yang mengenali Idurus sebagai rekan seprofesinya kemudian melapor ke polisi.
Belakangan, terbukti bahwa Idurus adalah seorang tukang becak dan istrinya Markonah adalah seorang wanita tuna susila, bukan raja dan ratu.
Akibat penipuan itu, Idurus dihukum selama sembilan bulan dan Markonah enam bulan penjara. Pada pertengahan tahun 1959 keduanya diketahui telah bebas.***