Berikut ini banyak pertanyaan tentang sosok Ibu Negara Indonesia, jika Prabowo Subianto yang menjadi Presiden RI. Setelah Prabowo Subianto d...
Berikut ini banyak pertanyaan tentang sosok Ibu Negara Indonesia, jika Prabowo Subianto yang menjadi Presiden RI.
Setelah Prabowo Subianto ditetapkan KPU sebagai Presiden 2024 terpilih, sosok Ibu Negara pun dipertanyakan.
Pasalnya, selama ini Prabowo diketahui telah bercerai dari Titiek Soeharto.
Namun selama masa kampanye pada Pilpres 2024 lalu, Titiek Soeharto terlihat menemani Prabowo Subianto.
Selain itu, adapula anak semata wayangnya, Didit Hediprasetyo.
Lantas siapa Ibu Negara Indonesia 2024 ?
Biasanya pada setiap prosesi kenegaraan, salah satunya momen pelantikan Presiden, sosok Ibu Negara akan mendampingi suaminya.
Ibu Negara adalah gelar tidak resmi yang digunakan di beberapa negara untuk pasangan kepala negara.
Biasanya, sosok tersebut adalah istri atau suami.
Pemilu 2024 dimenangkan oleh Prabowo dan Gibran Rakabuming Raka.
Topik tentang Ibu Negara pun menjadi pertanyaan publik.
Siapa yang akan meneruskan langkah dari Iriana Jokowi, sebagai Ibu Negara sejak tanggal 20 Oktober 2014.
Dan nantinya akan berakhir seiring dengan masa jabatan sang suami, Joko Widodo.
Sedangkan Prabowo Subianto diketahui saat ini tengah berstatus duda atau melajang.
Apa mungkin Indonesia untuk pertama kalinya dalam sejarah tidak memiliki Ibu Negara, jika Prabowo resmi dilantik nanti?
Siti Hediati Hariyadi, mantan istri Presiden terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto, merespons jika dirinya menjadi Ibu Negara.
Titiek Soeharto adalah putri Presiden ke-2 Republik Indonesia Soeharto.
Titiek pernah menikah dengan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto pada 1983 silam.
Keduanya dikaruniai seorang putra yakni Didit Hediprasetyo yang kini berprofesi sebagai perancang busana internasional.
Seberapa penting peran Ibu Negara?
Sejarawan Bonnie menilai penting atau tidaknya sosok Ibu Negara tidak lepas dari kondisi negara Indonesia.
Ia mengatakan negara demokrasi yang sudah 'settle', peran Ibu Negara tidak lebih dari istri presiden.
"Dia bukan permaisuri dalam arti monarki yang feodalistik, dia juga bukan orang yang secara formal punya peran khusus, kecuali mendampingi presiden," katanya ditkutip dari wawancara dengan ABC Radio Australia.
"Tapi kalau misalkan di negara yang semakin demokratis, semakin terbuka sistemnya, semakin akuntabel sistem politiknya, sebenarnya ibu negara itu ada batasan perannya juga."
Namun di Indonesia, yang menurutnya merupakan negara demokrasi yang "prosedural" dengan struktur masyarakat semi-feodal, dan pola pikir yang mayoritas tradisional, keberadaan ibu negara "akan sangat berpengaruh."
Sementara itu, Peneliti BRIN Dr Athiqah Nur Alami, akrab disapa Tika, mengatakan menurut catatan sejarah, keberadaan ibu negara bagaikan "pilar" bagi para presiden yang sempat memimpin Indonesia.
Seperti misalnya Soeharto, yang sejak meninggalnya Tien pada tahun 1996 mulai tergoncang, ditambah dengan adanya krisis moneter.
"Beberapa orang menyebut [ibu negara] berperan signifikan ... dan itu terlihat ketika Ibu Tien berpulang," ujarnya.
"Pak Harto kemudian goyang dari sisi pemerintahan dan yang lain ... itu menunjukkan bahwa ada satu pilar yang mungkin bisa membuatnya goyah."
Contoh lain juga ia lihat pada Mantan Presiden B.J. Habibie dan Susilo Bambang Yudhoyono yang mengalami kesedihan mendalam setelah istri mereka tutup usia.
Indonesia Tanpa Ibu Negara
Kemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 kembali memunculkan pertanyaan tentang kehadiran Ibu Negara.
Meski sempat menikah dengan putri Mantan Presiden Suharto, Siti Hediati Hariyadi atau Titiek Suharto, keduanya bercerai pada tahun 1998.
Tika mengatakan presiden memerintah tanpa ibu negara tidaklah menjadi soal.
"Tidak ada aturan resmi yang mensyaratkan bahwa presiden harus didampingi Ibu Negara," katanya.
"Yang ada presiden didampingi wakil presiden dan menteri. Jadi kalau dibilang harus ada ya enggak harus."
Namun ia menilai sebagai konsekuensi, akan ada peran sosial ibu negara yang hilang.
"Dalam konteks sosial budaya, artinya sosial kemasyarakatan dalam konteks Indonesia [ibu negara diperlukan] sebagai kekuatan penyeimbang," katanya.
"Biasanya laki-laki dilihat mungkin keras, punya personifikasi yang sulit dan enggak negotiable (bisa diajak bernegosiasi).
"Tapi ketika didampingi ibu negara bisa melembutkan 'hard lines' suami mereka."
Bonnie mengatakan pembicaraan tentang ibu negara dan Prabowo sudah ada sejak Pilpres tahun 2014.
"Masyarakat kan semakin terbuka, tidak mempersoalkan ada atau tidaknya (ibu negara)," kata Bonnie.
"Zaman dan pikiran orang bisa berubah."
Apa mungkin Selvi Ananda istri Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka akan menyandang status Ibu Negara melanjutkan sang mertua Iriana Widodo?(sultra.tribunnews.com)