Dibalik sikap profesional yang selama ini ditunjukkan di hadapan publik, ternyata Mahfud MD dan Luhut Binsar Pandjaitan memiliki hubungan pe...
Dibalik sikap profesional yang selama ini ditunjukkan di hadapan publik, ternyata Mahfud MD dan Luhut Binsar Pandjaitan memiliki hubungan persahabatan yang erat dan sudah terjalin lama.
Hal ini baru terungkap melalui pengakuan Mahfud dalam sebuah wawancara, di mana ia menceritakan perjalanan persahabatan mereka yang telah terjalin lebih dari dua dekade.
"Sahabat saya sejak kabinet Persatuan Indonesia zaman Gus Dur, dan kami selama kurang lebih 24 tahun persahabatan tidak pernah putus," Mahfud memulai cerita dilansir dari Youtube, Rabu (20/11/2024).
Mahfud menyebut, meski keduanya sering memiliki pandangan politik yang berbeda, hal itu tak pernah menjadi penghalang.
"Sering sama salam pandangan politik, sering berbeda juga. Tapi kami terus berhubungan nda pernah retak karena soal perbedaan politik," ujarnya.
Bagi publik, hubungan Mahfud dan Luhut selama ini tampak biasa saja. Namun, di balik layar, mereka saling mendukung, bahkan dalam urusan pribadi.
"Yah agak mengharukan, agak membanggakan juga. Sesudah saya diberhentikan jadi Menteri, saya ikut PKB. Saya ikut PKB itu kan harus berhenti sebagai PNS," ucapnya.
Dikatakan Mahfud, saat itu ia memilih meninggalkan status PNS untuk bergabung dengan PKB di era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
"Karena Gus Dur minta saya, saya minta pensiun dini, lalu saya ikut Gus Dur. Tiap Minggu saya bolak-balik Jogja-Jakarta. Pak Luhut tanya, kamu bagaimana biayanya? Yah pak saya masih ngajar meskipun bukan lagi PNS," Mahfud menuturkan.
Mahfud mengisahkan bagaimana Luhut sering kali memberikan bantuan finansial saat dirinya menghadapi kesulitan.
"Guru besar itu masih mengajar ke mana-mana jadi cukup pak. Dan saya punya gaji yang cukup. Nda lah, nda cukup, tiap bulan saya dikirimi uang sama dia. Ini untuk tiket ke Jakarta dan untuk biaya pulsa telepon," Mahfud mengikuti gaya bicara Luhut sesekali.
Namun, Mahfud selalu memastikan bantuan tersebut sesuai aturan.
"Itu tahun 2001 sampai 2004. Waktu itu saya menemani Gus Dur ke mana-mana. Pak Luhut pengusaha, jadi uangnya agak banyak, dikasih ke saya. Saya tahulah pak Mahfud tuh gak ada uangnya (menirukan gaya bicara Luhut)," kenangnya.
Ketika menjadi anggota DPR, ia menolak bantuan langsung dari Luhut. Mahfud merujuk pada Undang-undang (UU) uang menegaskan bahwa ia tak bisa menerima uang selain gaji.
"Saya anggota DPR, saya telpon pak Luhut saya sekarang anggota DPR. Menurut UU saya tidak boleh menerima uang di luar gaji, termasuk dari pak Luhut," sebutnya.
Kata Mahfud, saat itu Luhut sempat melemparkan pertanyaan balik. Sebab menurutnya apa yang dia berikan kepada Mahfud bukan urusan suap.
"Lah kenapa, katanya. Saya kan tidak urusan suap menyuap. Ini tidak bisa, ada UUnya, jadi berhenti," terangnya.
Tidak berhenti di situ, perhatian Luhut pada Mahfud tidak pudar. Ia melihat mantan Menkopolhukam itu selalu terbang keliling Indonesia.
"Tapi 2006, dua tahun setelahnya menjadi anggota DPR, pak Luhut telpon, pak Mahfud kamu tuh kok saya lihat sering ke mana-mana, ke Medan, Makassar, uangnya dari mana?," bebernya.
"Kamu anggota DPR gajinya kan sedikit, katanya. Yah saya kan ngajar dikasih tiket pak. Itu gak cukup itu, saya tahu di DPR banyak orang main uang, kamu sendiri yang nda mau," sambung dia.
Mahfud bilang, dalam kondisi tersebut Luhut terus bersikeras untuk memberikan bantuan. Bagaimana pun caranya.
"Saya mau bantu. Gak bisa pak, saya bilang. Nda boleh, ini UUnya. Terus gimana?, kalau saya kerja di perusahaan mesti saya bisa, terus pak Luhut membentuk perusahaan namanya PT Bangun Bejana yah," tandasnya.
Publik baru menyadari bahwa keduanya memiliki ikatan emosional yang kuat, di luar hiruk-pikuk politik dan jabatan. Mahfud menyebut, Luhut adalah sahabat yang selalu ada dalam suka dan duka.
"Saya jadi komisarisnya, agar saya bisa diberi bantuan. Itu bulan November 2006. Masih ingat, masih ada akta notarisnya. Saya tiap bulan dapatlah, karena kerja kan," kuncinya.
Pengakuan Mahfud sontak menjadi sorotan, mengingat selama ini hubungan keduanya jarang diekspos. Mahfud dan Luhut memilih menjaga hubungan tersebut dalam ranah pribadi, tanpa banyak diketahui publik.
Meskipun mereka berada di lingkaran politik yang keras, persahabatan sejati tetap bisa tumbuh dan bertahan tanpa harus diumbar ke publik.(fajar.co.id)