Sebuah insiden mengejutkan terjadi di sebuah rumah sakit bersalin ketika seorang wanita hamil berusia 32 tahun mengalami perlakuan tidak ter...
Sebuah insiden mengejutkan terjadi di sebuah rumah sakit bersalin ketika seorang wanita hamil berusia 32 tahun mengalami perlakuan tidak terduga dari ibu mertuanya.
Wanita tersebut mendapat perlakuan dari ibu mertuanya saat proses persalinan darurat di ruang bersalin.
Dikutip dari Eva.vn Selasa (22/4/2025), kelahiran anak pertama perempuan Bernama Tieu Van itu berubah menjadi kenangan pahit yang membekas.
Bukan karena rasa sakit saat melahirkan, melainkan karena sebuah insiden tak terduga yang melibatkan orang terdekat dalam hidupnya yakni ibu mertua dan suami.
Tieu Van dan suaminya, A Hao, telah menikah selama enam tahun. Selama itu pula mereka menghadapi berbagai kegagalan dalam upaya mendapatkan keturunan.
Pemeriksaan demi pemeriksaan, harapan yang berkali-kali pupus, dan tekanan sosial membuat perjalanan mereka terasa berat.
Ketika Tieu Van dinyatakan hamil, kabar itu menjadi berkah besar yang dirayakan oleh keluarga besar.
Meski ibu mertua mereka tinggal di provinsi yang cukup jauh, ia segera mengatur waktu dan menumpang bus malam untuk membantu menjaga sang menantu selama kehamilan.
Hubungan mereka tampak hangat, dan A Hao pun dikenal sebagai suami yang setia serta penyayang.
Ia selalu mendampingi sang istri ke pemeriksaan rutin dan terus memberikan semangat.
"Saat kamu belum bisa memberikan anak, aku tetap mencintaimu. Sekarang, aku semakin bersyukur karena kamu memberiku keluarga," ujar A Hao suatu kali kepada istrinya.
Namun, semua kenangan indah itu runtuh hanya dalam satu hari.
Di akhir trimester ketiga, Tieu Van dilarikan ke rumah sakit karena kondisi tubuhnya mulai melemah.
Leher rahimnya belum juga terbuka sepenuhnya, sementara cairan ketubannya mulai menipis, menandakan risiko tinggi bagi bayi dalam kandungan.
Dokter memutuskan bahwa operasi caesar harus segera dilakukan demi keselamatan keduanya.
Ketika tim medis tengah bersiap untuk membawa Tieu Van ke ruang operasi, tiba-tiba pintu ruang bersalin terbuka.
Sang ibu mertua, yang baru saja tiba, masuk dengan wajah cemas bercampur marah.
Tanpa basa-basi, ia langsung menampar menantunya dan membentaknya di depan dokter dan perawat.
"Kamu bahkan tidak bisa melahirkan secara normal? Kamu tidak berguna!" serunya lantang.
Suasana yang awalnya hening mendadak membeku. Semua orang terdiam, termasuk A Hao yang berdiri tak jauh dari ranjang istrinya.
Namun, beberapa detik kemudian, ia melangkah maju dan menampar ibunya sendiri sambil berkata dengan tegas, "Dia istriku!"
Tindakan itu membuat suasana ruang bersalin semakin tegang.
Ibu mertua pun langsung pergi dengan wajah murka, meninggalkan rumah sakit tanpa sepatah kata pun lagi.
Operasi caesar berjalan dengan lancar. Bayi pertama mereka lahir dalam keadaan sehat, membawa tangis haru yang semestinya menjadi perayaan bagi keluarga.
Namun bagi Tieu Van, kebahagiaan itu tidak sempurna. Bayang-bayang kejadian di ruang bersalin terus menghantui pikirannya.
Sejak insiden tersebut, ibu mertua tidak pernah kembali menghubungi ataupun menjenguk cucunya.
Di sisi lain, A Hao justru berubah menjadi sosok yang murung dan tertutup.
Ia menolak meminta maaf kepada ibunya, namun juga tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki hubungan yang rusak.
Tieu Van terjebak, sebagai istri, ia ingin mendukung suaminya, namun sebagai menantu, ia juga merasa bersalah karena telah menjadi pemicu konflik dalam keluarga.
Berkali-kali ia mencoba menjadi jembatan untuk mendamaikan keduanya, namun semua usahanya seolah tak membuahkan hasil.
"Aku hanya ingin keluarga ini utuh," ucapnya lirih.(tribun-medan.com)