Gebrakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di awal pemerintahannya mendapat sorotan hingga banyak yang menyamakan dia dengan Presiden ke-7 RI...
Gebrakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi di awal pemerintahannya mendapat sorotan hingga banyak yang menyamakan dia dengan Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi.
Bahkan, tidak sedikit yang menjulukan Dedi Mulyadi sebagai Jokowi atau Mulyono jilid II.
Rocky Gerung menyamakan Dedi Mulyadi dengan Jokowi karena kebijakannya mengirimkan siswa nakal ke barak militer.
Menurut Rocky kebijakan barak militer bukan mengajak anak untuk berpikir, sekalipun yang menjalani pembinaan karakter adalah siswa bermasalah atau anak nakal.
"Barak itu didisiplinkan tubuhnya. Kalau kita belajar teori-teori disiplinary society oleh Michel Foucault misalnya, fungsi barak militer mendisiplinkan tubuh bukan mengajak orang berpikir," kata Rocky Gerung.
Kemudian, Rocky Gerung menyandingkan 'kedangkalan' kebijakan mengirim siswa nakal ke barak militer ini dengan kebijakan yang dilakukan dengan Jokowi.
Yakni dengan membiarkan IQ masyarakat Indonesia tak bergerak dari 78 dalam 10 tahun kepemimpinannya.
"Hanya dalam masyarakat yang IQ-nya 78, kedangkalan itu laku. Dan kita masih di situ. Saya masih cari-cari datanya. WHO bilang, World Bank bilang memang masih 78. Anda lihat sekarang masih 78 IQ kita selama 10 tahun Pak Jokowi, 78 terus," beber Rocky.
"Akibatnya apa, ya kedangkalan itu laku terus," tambahnya.
Sebelumnya, Pakar Politik Burhanuddin Muhtadi ikut membandingkan gaya Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Burhanuddin Muhtadi bahkan menyinggung soal opini yang menyebut Dedi Mulyadi semacam Jokowi 2.0.
Awalnya Burhanuddin menyoroti konten-konten Dedi Mulyadi.
Ia menuturkan konten Dedi Mulyadi tidak mengalami perubahan sejak lama.
"Gaya KDM (Kang Dedi Mulyadi) memang seperti itu dari karakter aslinya ya. karakternya memang seperti itu ya kan," kata Dedi dikutip dari tayangan kontroversi di Metro TV, Selasa (20/5/2025).
Burhanuddin menuturkan Dedi Mulyadi merupakan sosok pemimpin yang memulai dari bawah.
Ia lalu membandingkan dengan gaya Jokowi. Pasalnya, kedua tokoh itu kini kerap dikaitkan soal gayanya dalam bekerja.
"Mungkin di situ ada perbedaan dengan Pak Jokowi meskipun beberapa lawan politik Dedi Mulyadi mulai menghembuskan KDM ini semacam Jokowi eh 2.0 kadang-kadang disebut juga Jokowi versi Sunda kan begitu tuh medsos. Tetapi sebenarnya enggak seluruhnya benar ya," kata Burhanuddin.
Pakar politik itu menuturkan perbedaan anatara Jokowi dengan Dedi Mulyadi.
Berkaca latar belakang, Burhanuddin mengatakan aktivitas Jokowi semasa kuliah hanya pada kegiatan mahasiswa pecinta alam atau Mapala.
Sedangkan, Dedi Mulyadi merupakan pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Purwakarta.
"KDM ini itu dia pendiri HMI Purwakarta dan jam terbangnya di dunia kemahasiswaan tinggi dan dia relatif artikulatif ya dibanding Pak Jokowi dan berani tanda kutip berbeda pendapat berdebat dengan lawan bicara," ujarnya.
Burhanuddin pun mengingat adanya pemberitaan di media lokal Purwakarta saat Dedi Mulyadi masih menjabat sebagai anggota DPRD.
Saat itu, kata Burhanuddin, ada kegiatan demo buruh. Anggota DPRD tidak ada yang melayani para buruh.
Namun, lanjut Burhanuddin, Dedi Mulyadi melayani dan berdebat dengan buruh.
"Setelah dia menjadi kepala daerah itu ,buruhnya justru jadi teman," kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengatakan hal tersebut berbeda dengan gaya Jokowi saat ditanya persoalan teknokratik. Jokowi hanya memberikan jawaban simpel.
"Jangan tanya saya lah gitu kan. Kok tanya saya? Itu kan jawaban-jawaban pendek-pendek seorang Pak Jokowi. Itu tidak mungkin kita dapati dari KDM," katanya.
Balasan Dedi Mulyadi
Dedi Mulyadi menanggapi secara santai terkait julukan Mulyono jilid II yang disematkan kepadanya karena gaya kepemimpinan.
Mulyono sendiri merupakan nama kecil Joko Widodo sebelum akhirnya berganti nama.
Dalam pidato saat hadir di acara Hari Ulang Tahun ke-64 Bank Jawa Barat dan Banten atau BJB di Bandung, pada Sabtu (24/5/2025), Dedi Mulyadi menyinggung hal itu.
Awalnya dia menyinggung tentang platform YouTube dan TikTok bisa dikatakan sebagai alat marketing paling baik saat ini.
"Marketing yang terbaik hari ini adalah YouTube dan TikTok. Enggak ada yang bisa menyaingi hari ini, mau pakai media apa, Pak? Penontonnya sudah enggak ada," ungkap Dedi Mulyadi, dikutip dari YouTube Lembur Pakuan.
Menurut Dedi Mulyadi, tokoh-tokoh populer saat ini digemari masyarakat untuk dilihat melalui berbagai media sosial.
"Mungkin saya tokoh yang ke berapa paling ujung itu yang mereka, ini Pak Helmi Yahya, hari ini tuh jujur aja mereka tuh butuh pada orang-orang yang setiap hari digemari oleh publik," ujarnya.
Dedi Mulyadi juga menyinggung salah satu media massa yang mendapat berjuta penonton setelah memberikan ulasan mengenai sosok dan perjalanan kariernya.
"Meskipun saya menjadi Mulyono 2, tapi bagi saya enggak apa-apa jadi Mulyono 2, Mulyono 3, Mulyono 4 karena memang nama saya adalah Mulyadi," ungkap Dedi Mulyadi disambut tepuk tangan dan riuh hadirin.
Sementara terkait sindiran Rocky Gerung, Dedi menggungkap IQ para siswa yang sudah lulus dari pendidikan militer ini dan membawa sejumlah perubahan.
"Tapi yang dibawa ke barak, kakak-kakak kamu justru menjadi anak-anak yang baik, berubah sikapnya, bervisi dan kemudian InsyaAllah mereka IQ nya di atas 78," jelasnya.
Bagi Dedi Mulyadi, tak masalah jika perubahan yang dilakukannya melalui kebijakan tersebut disebut dangkal.
Kata dia, semua ini lebih baik ketimbang berimajinasi tanpa melahirkan perubahan itu sendiri untuk anak-anak bangsa.
"Tidak ada jalan melakukan perubahan itu kecuali memvisualisasikan, walaupun visualisasi yang saya lakukan adalah visualisasi dangkal tanpa visi tapi lebih baik saya melakukan visualisasi dangkal tanpa visi daripada saya hanya mengajak berimajinasi tanpa bukti," tegasnya.
Diketahui, sejumlah pihak menjuluki Dedi Mulyadi sebagai “Gubernur Konten” hingga “Mulyono Jilid II”.
Dedi Mulyadi dikenal sangat aktif di media sosial. Dia mengunggah foto dan video yang memperlihatkan aktivitasnya.
Selain itu, setelah menjadi orang nomor satu di Jawa Barat, Dedi meluncurkan sejumlah gebrakan yang memicu kontroversi, misalnya pengiriman siswa nakal ke barak militer guna dibina.
Keaktifan Dedi di media sosial disindir oleh sejumlah pihak, salah satunya oleh Gubernur Kalimantan Timur Rudy Mas’ud beberapa waktu lalu.
Dalam rapat kerja Komisi II DPR RI yang dihadiri para gubernur pada hari Selasa, (29/4/2025), Rudy menyebut Dedi sebagai “Gubernur Konten”.
Saat itu, Dedi menanggapinya dengan santai sembari mengatakan, konten miliknya bisa menurunkan belanja iklan Pemprov Jabar.
Selain disebut “Gubernur Konten”, Dedi juga dijuluki “Mulyono Jilid II”. Dedi dituding melakukan pencitraan lewat media sosial.
Tindakan Dedi mengingatkan sejumlah pihak kepada tindakan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Adapun Mulyono adalah nama Jokowi sewaktu masih kecil.
Dedi akhirnya menanggapi tudingan-tudingan itu lewat video yang diunggahnya di akun Instagram hari Senin, (19/5/2025).
“Setelah melewati masa-masa sulit menyelamatkan anak remaja di Jawa Barat dari berbagai problem kriminal yang dialami, melalui pola pendidikan disiplin yang dilakukan di barak militer, kini berbagai pihak mulai mengepung kembali dengan berbagai stigma, sebagai Gubernur Konten, Mulyono Jilid II, Gubernur Pencitraan dan berbagai tayangan lainnya dengan sengaja dibuat yang tujuannya untuk apa sih?” kata dia.
“Tujuannya satu: Mereka itu ternyata sangat memperhatikan saya sehingga apa pun yang saya lakukan mereka komentari dan saya menyukainya."
Dedi mengeklaim, stigma-stigma itu dilontarkan bukan oleh orang Jawa Barat, melainkan oleh orang dari luar Jawa Barat.
“Artinya kelihatannya banyak warga yang di luar Jawa Barat kesal sama saya. Karena kesal sama saya, akhirnya tiap hari merhatiin saya,” katanya.
"Karena merhatiin saya, apa pun dia buat setiap hari, dari mulai video-video saya zaman kapan itu dianggap video hari ini.”
Sebagai contoh, Dedi menyinggung video yang memperlihatkan dia sedang membuat adukan sekitar 6 tahun yang lalu. Video itu dianggap seolah-olah memperlihatkan Dedi saat sudah menjadi gubernur.
Meski demikian, Dedi mengaku, tidak bermasalah dengan hal itu. Dia kemudian mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih, ya, telah berupaya menggiring opini, mengarahkan publik, agar saya dibenci oleh warga,” kata dia menyindir.
"Yakinlah cinta yang sejati tak akan pernah bisa dipatahkan oleh berbagai upaya untuk memisahkan antara saya dan warga saya untuk saling menyayangi,” ujarnya.
Terakhir, dia menyampaikan pesan kepada para buzzer.
“Salam untuk para buzzer di mana pun berada, tetap semangat, sebanyak-banyak bikin konten negatif tentang saya agar Bapak dan Ibu bisa ngebul dapurnya.”(tribunnews.com)